Anak
dengan Masalah Fungsi Intelektual
Alzena
Masykouri, M.Si.
PENDAHULUAN
Dalam
modul ini Anda akan diajak untuk memahami teori tentang anak dengan masalah
fungsi intelektual dasar teori tentang anak dengan masalah fungsi intelektual.
Diharapkan setelah mempelajari modul ini Anda akan dapat memahami dan menangani
anak dengan masalah fungsi intelektual, terutama dalam bidang pengajaran.
Pembahasan
modul ini akan terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 mencakup
pembahasan mengenai pengertiam anak dengan retardasi mental serta karakteristik
dan penanganannya. Sedangkan pada Kegiatan Belajar 2 akan dibahas mengenai
pengertian anak dengan down syndrome,
karakteristik dan penanganannya. Sedangkan pada Kegiatan Belajar 3 akan dibahas
mengenai pengertian, karakteristik, dan penanganan anak dengan keberbakatan (giftedness).
Secara
khusus, setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat menjelaskan:
- Anak dengan retardasi mental, serta karakteristik dan penanganannya;
- Anak dengan down syndrome, serta karakteristik dan penanganannya;
- Pengertian, karakteristik dan penanganan anak dengan keberbakatan (giftedness).
Pada
akhir kegiatan belajar akan disajikan kesimpulan untuk mempermudah dan membantu
mengingat materi yang telah Anda pelajari. Selanjutnya Anda diharapkan dapat
mengukur tingkat penguasaan pada bahan bacaan ini dengan cara menjawab lembar
evaluasi (tes sumatif) yang terdapat di akhir setiap bahan ajar.
Sebenarnya,
pembahasan mengenai anak dengan masalah fungsi intelektual ini telah dibahas
secara singkat pada semester yang lalu. Untuk pembahasan kali ini, kita akan
mencoba membahas secara lebih dalam mengenai anak dengan masalah fungsi
intelektual.
Tidak
semua anak dilahirkan dalam kondisi yang sempurna. Selain masalah fisik,
masalah pada fungsi intelektual adalah yang paling umum terjadi pada anak.
Terdapat dua kategori utama mengenai fungsi intelektual. Masalah yang umum
terjadi adalah keberbakatan (giftedness)
dan keterbelakangan mental (retardasi mental). Selain dua masalah tersebut, pada
modul ini kita juga akan membahas mengenai down
syndrome, yaitu masalah fisik yang juga menyebabkan retardasi mental pada
anak.
Agar
Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik, ikuti petunjuk belajar berikut
ini.
- Bacalah dengan cermat setiap bagian modul ini hingga Anda dapat memahami konsep yang disajikan.
- Kaitkan konsep yang baru Anda pahami dengan konsep lain yang telah Anda peroleh.
- Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan perkembangan anak TK sehingga membawa hasil yang efektif.
Selamat
belajar, semoga sukses!
KEGIATAN BELAJAR 1
Anak
dengan Retardasi Mental
Dalam
kehidupan sehari-hari ada kalanya kita mendengar pendapat mengenai kemampuan
belajar seorang anak. Ada anggapan ketika anak menunjukkan kemampuan memahami pelajaaran
yang lebih lambat dibandingkan teman-temannya maka ia mengalami keterbelakangan
mental.
Perkembangan
setiap individu dimulai pada saat sebuah sel sperma ayah menembus sel telur
ibu. Dalam proses ini sel telur yang telah dibuahi akan membagi diri menjadi
beribu-ribu sel. Secara bertahap kelompok-kelompok sel akan membentuk fungsi khusus,
misalnya sebagian dari susunan saraf, tulang, otot dan system sirkulasi darah.
Pada proses ini menarik perhatian kita karena setelah diselidiki melalui suatu
proses yang panjang dan sulit, nyatalah bahwa kromosom yang selanjutnya memecah
diri menjadi partikel yang lebih kecil dan disebut gen. bertahun-tahun para
ahli genetik setuju bahwa gen merupakan unit dasar dalam meneruskan sifat yang
diturunkanm. Faktor genetik mempunyai peranan penting dalam menentukan
kemampuan kecerdasan seseorang.
A.
PENGERTIAN
ANAK RETARDASI MENTAL
Berdasarkan
definisi dari Asosiasi Retardasi Mental di Amerika (American Association on Mental Retardation-AAMR), anak dengan
keterbelakangan mental menunjukkan keterlambatan perkembangan di hampir seluruh
aspek fungsi akademik dan fungsi sosialnya.
Menurut Maramis (1980), Retardasi mental ialah
keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang menonjol ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang
atau sedikit, fren = jiwa).
Retardasi mental suatu gangguan heterogen yang
terdiri dari gangguan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan
adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun (Purnawan dkk, 1982).
Sedangkan menurut Somantri (2005), retardasi mental
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Jadi kesimpulannya retardasi mental adalah anak
yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata sehingga mengalami
gangguan dalam keterampilan adaptifnya.
Sebelum
didiagnosa oleh professional (dokter atau psikolog) bahwa seorang anak
mengalami keterbelakangan mental, terdapat 2 (dua) ciri utama yang harus ditampilkan
oleh anak tersebut sebelum usia 18 tahun, yaitu sebagai berikut.
1.
Memiliki taraf kecerdasan yang secara
signifikan berada di bawah rata-rata kecerdasan umum anak sebayanya. Keadaan
ini diindikasikan dengan nilai IQ yang berada di bawah 70.
Selain
diindikasikan melalui nilai IQ yang rendah, sebenarnya ada tanda lain yang juga
ditampilkan oleh anak dengan keterbelakangan mental.kemampuan belajarnya lebih
lambat dan memiliki prestasi belajar jauhdi bawah rata-rata kelasnya dan merata
di hamper seluruh mata ajaran. Kita lihat ilustrasi berikut. Banu saat ini
berusia 5 tahun dan duduk di TK kelas B. berdasarkan pengamatan guru kelasnya,
tampak bahwa Banu mengalami kesulitan untuk mengenal warna dan bentuk. Selain
itu, bahasa yang digunakan Banu terdengar seperti bahasa anak berusia 2 tahun.
Pengucapan kata-katanya masih belum jelas dan hanya suku kata terakhirnya saja.
keadaan ini membuat kemampuan Banu terlihat mencolok disbanding anak-anak
seusianya di kelas.
2.
Tidak dikuasainya perilaku adaptif,
yaitu perilaku yang berkaitan dengan keterampilan kegiatan harian.
Anak
dengan keterbelakangan mental menunjukkan keterbatasan dalam kecerdasan
praktis, yaitu untuk mengarahkan diri untuk melakukan aktivitas harian, dan
kecerdasan sosial, yaitu melakukan perilaku yang sesuai dengan situasi sosial. Biasanya
anak menunjukkan perilaku yang setara dengan perilaku anak yang jauh lebih
muda. Dari ilustrasi di atas, terlihat pula bahwa untuk aktivitas bantu diri,
Banu masih harus selalu dibantu. Misalnya, untuk menyiapkan makanan dan masih
menggunakan diaper (popok) karena belum dapat mengatakan bila ingin BAK/BAB.
Anak-anak
dengan keterbelakangan mental biasanya mengalami kesulitan dalam ranah perilaku
adaptasi seperti komunikasi, bantu diri, dan beeberapa aspek lainnya. Berikut
ini diuraikan aspek keterampilan atau
kemampuan perilaku adaptif.
Komunikasi
|
Pemahaman
dan Pengungkapan Ide-ide melalui Bahasa Tulisan atau Lisan atau Bahasa Tubuh
|
Bantu
Diri
|
Kesehatan,
kebersihan, tata cara makan, berpakaian dan berdandan.
|
Aktivitas
Rumah Tangga
|
Pekerjaan
rumah tangga sehari-hari, termasuk bebersih rumah, mencuci, menyiapkan
makanan, pengelolaan uang dan keamanan rumah.
|
Sosial
|
Interaksi
sosial, memahami norma-norma sosial dalam berinteraksi, menolong orang lain,
mengenali perasaan pihak lain, membentuk pertemanan, mengendalikan dorongan-dorongan
dan memenuhi aturan.
|
Kemasyarakatan
|
Menggunakan
sumber-sumber kemasyarakatan dengan efektif, misalnya berbelanja, dapat
menggunakan angkutan umum, dan layanan kemasyarakatan lainnya.
|
Pengarahan
Diri
|
Membuat
alternative pilihan, mengikuti jadwal, melakukan aktivitas yang sesuai dengan
konteks, menyelesaikan tugas yang diberikan dan menyelesaikan masalah.
|
Komunikasi
|
Pemahaman
dan Pengungkapan Ide-ide melalui Bahasa Tulisan atau Lisan atau Bahasa Tubuh
|
Kesehatan
dan Keamanan
|
Mampu
menjaga kesehatan diri, melakukan pertolongan pertama bila terjadi masalah
kesehatan, memahami kaidahkaidah keamanan sederhana.
|
Pelajaran/Akademik
|
Mampu
mengikuti kurikulum akademik dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung
sederhana.
|
Rekreasi
|
Keterampilan
yang berkaitan dengan aktivitas waktu luang berdasarkan minat, beramain
bersama anak lain.
|
Pekerjaan
|
Mampu
melakukan pekerjaan sederhana, menyelesaikan tugas yang diberikan, dan juga
mengatur uang.
|
B.
KARAKTERISTIK
ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL
Secara
umum, terlihat bahwa anak dengan retardasi mental memiliki karakteristik
tertentu yang dapat diamati sebagai berikut.
1.
Menunjukkan ada kendala pada aspek
rentang perhatian, daya ingat dan cara belajar. Dalam kesehariannya, anak
dengan retardasi mental memiliki kesadaran yang rendah mengenai bagaimana cara
mereka belajar dan berpikir. Anak tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan
generalisasi atas apa yang sudah dipelajari terhadap situasi baru. Akibatnya
mereka seringkali menunjukkan keputusan atas kemmapuan belajar hal-hal yang
baru.
2.
Aktivitas bermain yang dilakukan anak
dengan retadasi mental serupa dengan anak yang usianya jauh lebih kecil pada
mereka. Demikian pula dengan perilakunya yang cenderung kekanak-kanakan atau
tidak sama seperti anak sebayanya.
Selain
batasan di atas retardasi mental juga dapat dilihat dari karakteristik/ciri:
a.
Fisik/tanda-tanda ilmiah
·
Wajah dan segala sesuatu yang terdapat
padanya
-Biasanya
anak penyandang cacat mental mempunyai bentuk muka yang bundar. Kalau dilihat
dari samping, mukanya cenderung mempunyai tampang yang pipih. Hal ini seperti
dikenal dengan “Brachycephaly” (kepala pendek dan lebar).
-Mengenai
mata, dari hampir semua anak maupun orang dewasa yang cacat mental cenderung
sipit atau miring ke atas. Selain itu, sering juga ada lipatan kecil dari kulit
(Epicanthic Fold) yang timbul tegak lurus antara bagian sudut dalam dari mata
dan jembatan hidung.
-Rongga
mulutnya sedikit lebih kecil dan lidanya lebih besar dari yang biasa. Inilah
yang mendorong anak untuk mempunyai kebiasaan mengeluarkan lidahnya pada
waktu-waktu tertentu.
·
Anggota tubuh
-Tangan
penderita cacat mental ini cenderung lebar dengan jari-jari yang pendek.
Sedangkan kaki cenderung pendek dan tebal serta mempunyai sela yang lebar
antara jempol kaki dan jari-jari di sebelahnya.
·
Koordinasi anggota tubuh
-Adakalanya
koordinasi antara tangan dan kaki juga kurang baik. Hal ini bisa terlihat pada
anak yang ragu-ragu melangkah dan menggerakkan tangannya.
·
Gaya duduk
-Biasanya
kedua lututnya mengarah lebar ke depan, sedangkan bagian lutut ke bawah sampai
telapak kaki terlipat mengarah ke belakang, masing-masing di sebelah kanan dan
kiri pinggang.
b. Sikap dan tingkah laku
-Ada
yang terlalu apatis (diam) dan adapula yang terlalu hiper-aktif.
c. Perkembangan anak cacat mental
-Anak
cacat mental tertentu, selain yang berat cacat mentalnya, masing akan dapat
berkembang da belajar sepanjang hidupnya. Dari seorang bayi yang baru
dilahirkan dan seluruhnya tergantung dari keluarganya, mereka akan berkembang
jasmani, daya pikir dan perasaannya. Perkembangan anak cacat mental, tidak
hanya lebih lambat atau bahkan jauh tertinggal dari mereka yang tanpa cacat,
tetapi yang dicapai juga tidak lengkap. Dan
dalam masa dewasanya, mereka yang cacat mental akan lebih memerlukan
bantuan dari rata-rata orang dewasa pada umumnya.
Para
ahli melakukan klasifikasi gangguan anak dengan retadasi mental menjadi 3
(tiga) tingkatan, yaitu:
Tingkat Retardasi Mental
|
Kategori Pendidikan
|
Kisaran IQ (Skala Wechsler)
|
Ringan
|
Mampu Didik
|
69-55
|
Sedang
|
Mampu Latih
|
54-40
|
Berat
|
Mampu Latih
dengan bantuan
|
39-25
|
Anak
dengan tingkat retardasi mental ringan diharapkan masih mampu menguasai
pendidikan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Mereka juga
masih dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasinya. Diharapkan
pula kemampuan motoriknya tidak mengalami perbadaan yang besar dengan anak
normal seusianya. Biasnya, anak dengan retardasi mental ringan sulit dibedakan
dengan anak normal pada usia dini. Perbedaan akan makin jelas ketika anak
berada di usia sekolah, yaitu sekitar 7 tahun.
Pada
anak-anak dengan tingkat retardasi mental sedang, biasanya tujuan pendidikan
lebih diarahkan pada sosialisasi, kegiatan bantu diri, dan aktivitas pekerjaan
sederhana. Mereka diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri dan melakukan
pekerjaan sederhana yang dapat memberi penghasilan sehingga mereka tidak
bergantung pada orang lain. Kemampuan komunikasi anak akan sedikit terhambat
karena kesadaran sosialnya yang berada jauh di bawah rata-rata anak seusianya.
Biasanya, anak dengan tingkat retardasi mental sedang juga mengalami masalah
fisik, seperti down syndrome, microcephaly, atau gangguan pada susunan
saraf.
Untuk
anak-anak dengan tingkat retardasi mental berat, biasanya mereka meengalami
perkembangan motorik dan komunikasi yang buruk. Sehinga pelatihan bantu diri
yang diberikan harus disertai dengan pengawasan dari orang lain.
C.
KLASIFIKASI ANAK RETARDASI MENTAL
Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya,
yang terdiri dari keterbelakangan mental ringan, sedang, dan berat. Kemampuan
intelegensi anak retardasi mental yang diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala
Weschler (WISC) Somantri (2005).
a. Retardasi Mental Ringan
Retardasi Mental ringan disebut juga moron atau debil.
kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler
memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung
sederhana.
b. Retardasi Mental Sedang
Retardasi Mental sedang disebut juga imbesil.
Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala
Weschler. Mereka sangat sulit untuk belajar secara akademik, dalam kehidupan rumah
tangga mereka juga membutuhkan pengawasan secara terus menerus.
c. Retardasi Mental Berat
Retardasi Mental berat sering disebut juga idiot.
Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak Retardasi Mental berat dan sangat
berat. Retardasi Mental berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala
Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler. Retardasi Mental sangat berat (profound)
memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut Skala
Weschler. Pada kategori ini kemampuan komunikasi dan motorik anak sangat
terbatas, sehingga memerlukan bantuan atau perawatan dari orang lain.
Tabel
Klasifikasi Retardasi Mental berdasarkan derajat keterbelakangannya
Level Keterbelakangan
|
IQ
|
|
Standford Binet
|
Skala Weschler
|
|
Ringan
|
68-52
|
69-55
|
Sedang
|
51-36
|
54-40
|
Berat
|
32-20
|
39-25
|
Sangat Berat
|
>19
|
>24
|
sumber
: Blake 1976 (dalam somantri, 2005)
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
secara umum anak retardasi mental dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok
yaitu retardasi mental ringan, sedang, dan berat.
D.
PENYEBAB
RETADASI MENTAL
Penyebab
retardasi mental secara umum dapat terjadi karena faktor genetic, biologis
non-keturunan, dan lingkungan.
1.
Faktor Genetik
Perkembangan
anak dimulai sejak pembuahan, tetapi kekuatan apa sajakah yang mempengaruhi
proses tersebut? Pada waktu sebuah sel sperma yang berbentuk seperti berudu
menembus sel dinding sel telur, ia melepaskan 23 partikel kecil yang disebut
sebagai kromosom. Pada saat yang
bersamaan sel telur memcah diri dan melepaskan 23 kromosom pula. Dengan demikian seorang individu memulai hidupnya
dengan 48 kromosom. Kromosom yang
memecah diri menjadi partikel kecil disebut gen yang berarti pembawa
sifat-sifat keturunan anak. (dalam tubuh manusia terdapat 1 juta gen atau
rata-rata 20.000 gen dalam setiap kromosom).
Seluruh
bawaan biologis seorang anak berasal dari orang tuanya dikandung dalam 23
pasang kromosom ini. 22 pasang adalah autoso, yang sama-sama dimiliki oleh pria
dan wanita, sedangkan pasangan ke-23 disebut kromosom seks yang berbeda pada
pria dan wanita. Kromosom inilah yang menentukan jenis kelamin anak. Wanita
normal mempunyai dua kromosom X (XX), sedangkan pria normal mempunyai satu
kromosom X dan satu kromosom Y (XY). Lebih dari 150 kerusakan gen yang
diketahui dapat menyebabkan keterbelakangan mental, walaupun kebanyakan jarang
terjadi. Dalam hal ini gen gagal memberikan perintah memproduksi enzim yang
normal, atau pembentukan enzim yang salah. Dalam hal lain struktur abnormal
terjadi pada autosom atau pada kromosom seks.
Keterbelakangan
mental adalah suatu bentuk sebagai akibat adanyasebuah kromosom tambahan pada
pasangan ke-21 dari autosom (pasangan yang normal).
Keadaan
ini berlangsung sejak individu berada pada masa konsepsi. Terjadi kelainan
kromosom karena penambahan atau pengurangan suatu kromosom. Akibatnya terjadi
kelainan secara fisik maupun fungsi-fungsi kecerdasannya.
2.
Biologis Non-Keturunan
Retardasi
mental tidak hanya dapat terjadi karena faktor genetic tetapi juga banyak hal
nongenetik yang menyebabkan keterbelakngan mental, termasuk radiasi, gizi ibu
yang buruk, obat-obatan, dan faktor rhesus adalah contoh beberapa hal yang
dapat menyebabkan keterbelakangan mental, antara lain berikut ini.
- Radiasi sinar X, dapat menyebabkan cacat lahir para ibu selama kehamilan, untuk pengobatan kanker pelvis atau untuk mendiagnosis, atau dari sumber-sumber tenaga atom, risiko bahaya di tempat bekerja atau debu radioaktif (fallout). walaupun bahaya tidak diketahui dengan jelas, radiasi dapat mengakibatkan bermacam-macam gangguan pada bayi yang belum lahir termasuk kematian, kelainan bentuk, kerusakan otak, kemudahan terkena kanker tertentu, umur pendek dan mutasi gen yang akibatnya baru terasa pada beberapa generasi berikutnya. Radiasi pada masa antara pembuahan dan waktu ovum ditanam dalam uterus, diduga dapat menghancurkan ovum yang telah dibuahi. Bahaya kelainan bentuk yang terbesar terjadi di antara minggu kedua dan keenam setelah pembuahan. Walaupun akibat dari sinar X berkurang pada masa hamil tua, tetapi ada risiko kerusakan terutama pada otak dan system tubuh lainnya.
- Keadaan gizi ibu yang buruk ketika kehamilan, calon ibu harus mendapatkan gizi yang baik jika ingin menjaga kesehatannya selama hamil dan melahirkan bayi yang sehat.hal ini cukup beralasan kalau mengingat bahwa janin yang sedang tumbuh memperoleh makanan dari aliran darah ibunya, melalui membrane yang semipermiabel dari plesenta dan tali pusar. Kekurangan gizi bagi ibu hamil mengakibatkan pembentukan sel-sel otak bayi yang terjaddi selama kehamilan mengalami gangguan. Misalnya karena kekurangan asam folat atau zat besi yang sangat berguna untuk pembentukan sel-sel saraf. Dari hasil penelitian anak-anak yang mempunyai cacat lahir, keterbelakangan mental, dan persoalan lain diakibatkan oleh kekurangan gizi pada saat di dalam kandungan.
- Obat-obatan, selama dekade terakhir para dokter dan orang tua merasa khaawtir akan akibat yang merugikan dari obat-obatan dalam perkembangan embrio dan janin. Alas an penting kekhawatiran ini ialah terjadinya kerusakan anatomi pada anggota tubuh sekelompok bayi yang ibunya meminum obat thalidomid selama hamil. Banyak obat lain yang kini dicurigai mengakibatkan cacat lahir, jika diminum selama kehamilan termasuk di dalamnya beberapa antibiotic, hormone, steroid, antikoagulan, narkotika dan obat penenang serta beberapa obat halusinogenik seperti LSD dan PCP (angel dust). Selain itu dosis yang berlebihan dari beberapa vitamin, seperti vitamin A dan K juga dicurigai dapat mengakibatkan cacat lahir. Corger dan Petersenmengadakan penenlitian dengan mengujicobakan kepada kera memungkinkan akibat pemakaian mariyuana pada system reproduksi ibu atau pada janin belum mencukupi, tetapi telah diketahui bahwa mariyuana menekan produksi sperma, yang dapat mempengaruhi ovulasi serta mempengaruhi pemisahan kromosom pada pembelahan sel dan zat-zat kimianya dapat menembuh hambatan plasenta.
- Faktor Rhesus, menunujukkan adanya fakor kimia yang terdapat dalam darah sekitar 85% manusia, walaupun terdapat variasi ras dan etnik. Ada atau tidaknya faktor kimia ini mengakibatkan perbedaan kesehatan seseorang. Tetapi bila seorang pria Rh-positif menikah dengan wanita Rh-negatif, kadang-kadang mengakibatkan keadaan yang kurang baik bagi keturunannya. Jika bayi mereka mempunyai Rh-positif maka darah ibu dapat membentuk antibody untuk melawan faktor Rh-positif yang asing. Selama kehamilannya, antibody dalam darah ibu dapat menyerang darah Rh-poitif bayi yang belum lahir. Penghancuran yang terjadi dapat dibatasi sehingga timbul sebagai anemia ringan, atau ekstensif sehingga mengakibatkan celebral-palsy, ketulian, keterbelakngan mental bahkan kematian.
3.
Lingkungan
Selain
keadaan genetik dan biologis, faktor lingkungan juga dapat berperan sebagi
penyebab retardasi mental, terutama berkaitan dengan kesempatan stimulasi yang
diberikan pada anak. Penolakan orang tua misalnya, dapat menjadi penyebab
retardasi mental. Anak yang tidak diterima oleh orang tuanya, sangat mungkin
telah mendapat stimulasi yang cukup untuk optimalisasi perkembangannya.
Demikian pula karena keadaan ekonomi keluarga yang sangat kekurangan sehingga
anak tidak mendapat fasilitas untuk stimulasi perkembangannya, misalnya
pendidikan formal, ketersediaan buku atau mainan.
E.
PENANGANAN
SISWA DENGAN RETARDASI MENTAL
Untuk
dapat mengoptimalkan kemampuan anak dengan retardasi mental, penanganannya
harus secara kemprehensif, antara orang tua, psikolog, dokter, guru dan terapis
(bila ada). Pelatihan atau pendidikan yang diberikan tentu saja mengacu pada
tingkat retardasi yang dialami oleh anak dan potensi yang dimilikinya.
Untuk
bidang pendidikan, terutama di tingkat penanganan anak retardasi mental dapat
ditekankan pada pengembangan keterampilan bersosialisasi dan aktivitas bantu
diri sederhana.
Dalam
memberikan materi pelajaran, ada beberapa cara yang dapat diterapkan oleh guru.
1.
Kenalkan materi pelajaran yang baru
dengan perlahan-lahan. Pastikan bahwa anak memahami apa yang disampaikan. Beri
kesempatan untuk berlatih secara langsung. Ulangi materi yang penting beberapa
kali. Misalnya, untuk mengajarkan bahwa ketika masuk sekolah, anak harus
berjabat tangan dengan guru dan mengucapkan salam. Untuk pecan pertama, anak
diajarkan setiap kali masuk ke dalam kelas di pagi hari harus menghampiri guru
dan berjabatan tangan. Materi ini diberikan dan dilatihkan pada anak sepanjang
pecan. Kemudian untuk pecan kedua, ditambahkan bahwa sambil berjabatan tangan,
anak harus mengucapkansalam. Yang paling penting adalah anak harus diberi
kesempatan untuk berlatih langsung atas materi yang diberikan.
2.
Dalam
memberikan instruksi atau keterangan, hendaknya guru membantu anak untuk
memusatkan perhatiannya terlebih dahulu pada apa yang akan disampaikan oleh
guru. Misalnya dengan menggunakan kata-kata, “coba perhatikan ibu”, “Lihat”, “dengar”,
atau dapat juga dengan memanggil nama anak yang bersangkutan. Pastikan bahwa
anak telah memusatkan perhatiannya pada apa yang hendak disampaikan.
3.
Keterangan yang disampaikan hendaknya
diterangkan dalam bentuk yang nyata dan secara bertahap. Misalnya, untuk
mengajarkan bahwa selesai makan anak harus mencuci tangan, guru harus
melatihkan setiap langkahnya. Jelaskan pada anak, bahwa setelah selesai makan
ia harus menutup tempat bekalnya. Setelah anak menutup tempat bekalnya, ajak
anak untuk memasukkan ke dalam tasnya. Kemudian, ajak anak berjalan ke tempat
cuci tangan. Ajarkan anak bagaimana memutar kran air hingga air berhenti
mengalir. Jangan lupa bahwa setelah menutup kran air, anak harus menggunakan
lap tangan agar tangannya kering.
F.
KONDISI EMOSI ANAK RETARDASI
Perkembangan dorongan (drive) dan emosi
berkaitan dengan derajat berat ringannya retardasi mental tersebut. Anak
retardasi mental berat tidak dapat menunjukan dorongan pemeliharaan dirinya
sendiri. Mereka dapat menghindar dari bahaya. Pada anak retardasi mental
sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada
emosi-emosi yang sederhana. Pada anak terbelakang mental ringan, kehidupan
emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal, akan tetapi masih terbatas. Mereka
dapat memperlihatkan rasa sedih namun sukar untuk menggambarkan suasana
terharu. Mereka dapat mengekspresikan kegembiraan namun sulit mengungkapkan
kekaguman (Somantri, 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mc Iver
(dalam Somantri, 2005) dengan menggunakan Children’s Personality Questionare
ternyata anak keterbelakangan mental memiliki beberapa kekurangan. Anak
retardasi mental laki-laki memiliki kekurangan berupa
tidak
matangnya emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat dipercaya,
impulsif, lancang, dan merusak. Sedangkan anak retardasi mental wanita memiliki
kekurangan berupa mudah dipengaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan
diri, dan cenderung melanggar ketentuan. Berbagai emosi positif yang dimiliki
oleh anak retardasi mental adalah seperti cinta, girang, dan simpatik, emosi
ini tampak pada anak retardasi mental yang masih muda terhadap
peristiwa-peristiwa yang bersifat konkret. Jika lingkungan positif terhadapnya
maka mereka akan lebih menunjukan emosi tersebut. Emosi-emosi yang negatif
adalah perasaan takut, giris, marah, dan benci. Biasanya rasa takut muncul pada
hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sosial.
Secara umum dapat disimpulkan kondisi emosi anak
Retardasi Mental tergantung pada seberapa berat retardasi mental yang diderita.
Anak dengan retardasi mental ringan kondisi emosinya hampir sama dengan kondisi
emosi anak normal, anak retardasi mental ringan kondisi
emosinya
terbatas pada emosi yang sederhana. Sedangkan anak retardasi berat emosinya
sudah mulai sulit terkontrol hal ini disebabkan pula karena hubungan sosial
yang terganggu.
LATIHAN
Untuk
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
1)
Dari penelitian dan pengamatan para ahli
dapat disimpulkan bahwa faktor genentik sangat mempengaruhi proses awal
kehidupan individu. Bagaimana Anda dapat menjelaskan mengapa faktor genetik
sangat mempengaruhi perkembangan individu?
2)
Uraikan dengan jelas karakteristik
keterbelakangan mental!
3)
Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keterbelakangan mental individu selain
faktor genetik!
Petunjuk Jawaban Latihan
Diskusikan
soal latihan di atas dengan teman Anda atau dalam satu kelompok kecil.
Refleksikan hasil diskusi tersebut dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri.
Bila Anda dapat melakukannya dengan baik, berarti Anda telah memahami kegiatan
belajar ini.
1)
Untuk menjawab latihan ini, Anda
diharapkan memahami dan meilhat kembali pembahasan mengenai proses awal
kehidupan seseorang.
2)
Untuk menjawab soal latihan ini, Anda
diminta untuk membaca kembali karakteristik anak keterbelakangan mental.
3)
Untuk menjawab latihan ini silahkan Anda
membaca kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran anak keterbelakangan
mental.
RANGKUMAN
1.
Berdasarkan definisi dari Asosiasi
Retardasi Mental di Amerika, terdapat 2 ciri utama yang harus ditampilkan oleh
seorang anak yang dicurigai mengalami gangguan retardasi mental sebelum berusia
18 tahun, yaitu sebagai berikut.
a. Memiliki
taraf kecerdasan yang secara signifikan berada di bawah rata-rata kecerdasan di
bawah anak sebayanya, atau dengan nilai IQ di bawah 70.
b. Tidak
dikuasianya perilaku adaptif.
2.
Perilaku adaptif terdiri atas beberapa
aspek keterampilan atau kemampuan, yaitu komunikasi, batu diri, aktivitas rumah
tangga, sosial, kemasyarakatan, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
pelajaran/akademik, rekreasi, pekerjaan.
3.
Secara umum, penyebab retardasi mental
dapat terjadi karena faktor genetik, biologis non-keturunan, dan lingkungan.
4.
Keadaan yang diakibatkan faktor genetik
terjadi sejak individu berada pada masa konsepsi, yaitu terjadinya kelainan
kromosom karena penambahan atau pengurangan suatu kromosom.
5.
Retardasi mental juga dapat terjadi
karena faktor biologis non-keturunan. Ini biasanya terjadi karena keadaan gizi ibu
yang buruk ketika kehamilan.
6.
Faktor lingkungan juga dapat berperan
sebagai penyebab retardasi mental, terutama berkaitan dengan kesempatan
stimulasi yang diberikan pada anak.
7.
Anak dengan retardasi mental memiliki
karakteristik yang dapat diamati yaitu adanya kendala pada aspek rentang
perhatian, daya ingat, dan cara belajar.
8.
Selain itu, aktivitas bermain yang
dilakukan anak dengan retardasi mental biasanya serupa dengan anak yangusianya
jauh lebih muda.
9.
Para ahli menetapkan klasifikasi anak
dengan retardasi mental menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a. Ringan
: mampu didik dengan kisaran IQ 69-55
b. Sedang:
mampu latih dengan kisaran IQ 54-40
c. Berat
: mampu latih dengan bantuan, kisaran IQ 39-25
10.
Dalam memberikan materi pelajar,
terdapat beberapa cara yag dapat diterapkan oleh guru.
a. Kenalkan
materi pelajaran yang baru dengan perlahan-lahan.
b. Dalam
memberikan instruksi atau keterangan, hendaknya guru membantu siswa untuk
memusatkan perhatiannya terlebih dahulu.
c. Keterangan
yang disampaikan hendaknya diterangkan dalam bentuk yang nyata dan secara
bertahap.
TES FORMATIF 1
Pilihlah
satu jawaban yang paling tepat!
1)
Anak dengan retardasi mentak harus
didiagnosis sebelum usia ….
A. 2
tahun
B. 4
tahun
C. 8
tahun
D. 10
tahun
2)
Salah satu ciri utama anak dengan
retardasi mental adalah ….
A. Diindikasikan
memiliki nilai IQ berada di bawah 70
B. Memiliki
prestasi belajar yang tinggi
C. Memiliki
kemampuan sosial yang sangat baik
D. Menunjukkan
keterlambatan perkembangan hanya pada aspek intelegensi
3)
Perilaku yang berkaitan dengan
keterampilan kegiatan harian disebut ….
A. Perilaku
kognitif
B. Perilaku
adaptif
C. Perilaku
genetik
D. Perilaku
fisik
4)
Keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas waktu luang berdasarkan minat atau bermain bersama anak lain termasuk
ranah …
A. Sosial
B. Masyarakat
C. Bantu
diri
D. Pengarahan
diri
5)
Termasuk keterampilan dalam ranah
aktivitas bantu diri adalah ….
A. Berpakaian
dan berdandan
B. Menolong
orang lain
C. Berebalnja
D. Menjaga
kesehatan diri
6)
Di bawah ini adalah faktor yang dapat
menjadi penyebab retardasi mental yaitu, kecuali
….
A. Genetik
B. Biologis
non-keturunan
C. Lingkunagn
D. kecelakaan
7)
Aspek kognisi yang menjadi kendala pada
anak retardasi mental adalah ….
A. Kemampuan
mewarnai dan daya ingat
B. Kemampuan
daya ingat dan rentang perhatian
C. Kemampuan
membaca dan daya ingat
D. Kemampuan
mewarnai dan membaca
8)
Tergolong kategori mampu latih adalah ….
A. IQ
69-55
B. IQ
54-40
C. IQ
39-25
D. IQ
24-10
9)
Para ahli menetapkan klasifikasi anak
dengan retardasi mental menjadi 3 tingkatan, yaitu ….
A. Ringan,
berat dan sedang
B. Jauh,
dekat dan sedang
C. Ringan,
sedang dan berat
D. Lemah,
sedang dan parah
10)
Dalam memberikan materi pelajaran,
terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan oleh guru, kecuali ….
A. Kenalkan
materi pelajaran kepada anak
B. Memberikan
instruksi atau keterangan
C. Memberikan
tugas kepada anak
D. Keterangan
yang disampaikan dalam bentuk yang nyata dan secara bertahap
Cocokkanlah jawaban
Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
![]() |
Arti
tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai
tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan
Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah
80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 2
Anak dengan Gangguan
Down Syndrome
Sebagai
mana telah anda pelajari pada modul sebelumnya tentang keterbelakangan mental
yang telah banyak diteliti oleh banyak ahli dari bebagai belahan dunia. Mereka
telah mengatakan bahwa hal yang paling utama dalam perkembangan awal kehidupan
seseorang adalah faktor genetik. Pada kegiatan belajar 2 ini akan di bahas
mengenai down syndrome. Meskipun tidak
terlalu anak dengan keadaan down syndrome
mengalami retardasi mental, namun
sebagian besar anak down syndrome mengalami keterlambatan pada tahun pertama
kehidupannya yang mengakibatkan retardasi mental dikemudian hari.
Tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai adalah anda diharapkan dapat menjelaskan:
- Pengertian dan memahami mengenai gangguan down syndrome pada anak;
- Karakteristik dan ciri-ciri anak dengan gangguan down syndrome;
- Penanganan dalam pendidikan untuk anak dengan ganguan down syndrome.
A.
PENGERTIAN
DOWN SYNSDROME
Down syndrome
adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom
ketika anak anak masih dalam kandungan . Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Ahli pertama
yang mengidentifikasi gangguan ini adalah John Langdon Down. Ia adalah dokter
berkebangsaan Inggris yang pertama kali menemukan tanda-tanda para koleganya,
mengidentifikasi basis genetiknya.
Kelainan-kelainan yang
berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali ditemukan
oleh Dr. John Longdon Down pada tahun 1866 . Karena ciri-ciri yang tampak aneh
seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada
tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang
terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama 7 kali sindrom ini dengan
istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang
sama.
Kromosom adalah serat-serat khusus
yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat
bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu down
syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi.
Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau
ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup yang singkat. Down syndrome bukanlah suatu penyakit maka tidak
menular, karena sudah terjadi sejak dalam kandungan.
Berdasarkan
hasil penelitian, terjadi mutase gen pada kromosom 21, dimana terdapat tambahan
pada bagian kromosom tersebut. Manusia secara normal
memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya
diturunkan oleh ibu. Para individu yang mengalami down syndrome hampir selalu
memiliki 47 kromosom, bukan 46. Ketika terjadi pematangan telur, 2 kromosom
pada pasangan kromosom 21, yaitu kromosom terkecil gagal membelah diri. Jika
telur bertemu dengan sperma, akan terdapat kromosom 21 yang istilah teknisnya
adalah trisomi 21.
Mutase gen ini memiliki kemungkinan
besar pada kelahiran dimana usaia ibu antara 40-50 tahun. Bayi
yang mengalami down syndrome jarang dilahirkan oleh ibu yang berusia di bawah
30 tahun, tetapi risiko akan bertambah setelah ibu mencapai usia di atas 30
tahun. Pada usia 40 tahun, kemungkinannya sedikit di atas 1 dari 100 bayi, dan
pada usia 50 tahun, hampir 1 dari 10 bayi. Risiko terjadinya down syndrome juga
lebih tinggi pada ibu yang berusia di bawah 18 tahun. Persentasenya
sekitar 1,5 per 1000 kelahiran. Sampai saat ini ditemukan pengobatan yang
efektif atas keadaan ini.
Wanita dengan usia diatas 35 tahun
mempunyai kesuburan yang kurang dibandingkan dengan mereka berusia 20 tahun,
angka kesuburan semakin menurun dengan bertambahnya usia. Wanita diatas 35
tahun juga lebih sering menderita keguguran dan melahirkan bayi dengan berat
badan kurang. Semakin tua ibu hamil semakin besar kemungkinan hal ini terjadi.
Tetapi timbulnya komplikasi yang serius relatif kecil, terutama bagi mereka
dengan kesehatan diri dan perawatan kesehatan yang baik. Didalam hal-hal yang
dsiduga terdapat kemungkinan kelahiran kromosom atau keabnoramalan.
Angka
kejadian Down Syindrome dikaitkan dengan usia ibu saat kehamilan :
a. 15-29 tahun – 1 kasus dalam 1500 kelahiran hidup
b. 30-34 tahun – 1 kasus dalam 800 kelahiran hidup
c. 35-39 tahun – 1 kasus dalam 270 kelahiran hidup
d. 40-44 tahun – 1 kasus dalam100 kelahiran hidup
e. Lebih 45 tahun – 1 kasus dalam 50 kelahiran hidup.
B.
KARAKTERISTIK
ANAK DOWN SYNDROME
Akibat mutase gen pada kromosom 21,
bayi yang dilahirkan biasanya memiliki ciri-ciri fisik yang khas, terutama pada
bagian wajah. Ukuran kepala lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya.
Lidah anak tergolong besar untuk ukuran lidahnya yang kecil, bentuk mata yang
khas sedangan kelopak mata yang seakan-akan sulit membuka dan mempunyai lipatan
epikantus sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik,
yang disebut bintik “Brushfield” , batang hidung yang datar, leher yang pendek,
kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung
lebar dan datar, serta kedua lubang hidung terpisah lebar. Bentuk jari-jari
tangan juga spesifik, dimana biasanya ukuran jari-jari tangan cendrung pendek
dan melengkung. Akibatnya telapak tangan seperti berbentuk persegi empat yang
lebar. Dengan bentuk wajah dan tubuh yang khas, anak down syndrome memiliki wajah yang mirip satu dan yang lainnya.
Selain karakteristik umum tersebut,
ada ciri-ciri yang spesifik untuk anak down
syndrome, terdapat ciri fisik khas pada wajahnya: kemungkinan gangguan pada
mata, jantung atau bentuk fisik yang cendrung gemuk karena mereka tidak bisa
mengontrol nafsu makan akibat masalah disusunan sarafnya. Kebanyakan mereka
mempunyai IQ sekitar25 sampai 45, walaupun sebagian kecil mempunyai IQ setingi
70,dan sekitar 4% dapat membaca. Pada umumnya meraka bersifat periang, suka
meniru dan menyukai musik
Dalam perkembangannya, anak down syndrome mengalami keterlambatan perkembangan pada
berbagai aspek, termasuk intelektual. Keadaan ini dapat diamati sejak masih
bayi dimana perkembangan motoriknya tergolong lebih lambat bila dibandingkan
bayi lainya. Misalnya, bayi berusia 4 bulan biasanya sudah mampu tengkurap,
sedangkan anak yang mengalami down
syndrome baru melakukannya ketika berusia 6-8 bulan. Keadaan ini sangat
berkaitan erat dangan perkembangan otot-otot tubuh yang mengalami hambatan pada
anak dengan down syndrome. Demikian
juga dengan perkembangan biasanya jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan
anak nmengalami down syndrome. Meskipun
demikian, anak dengan down syndrome tetap
akan mengalami tahapan perkembangan yang sama dengan anak normal, meskipun
waktunya menjadi lebih lambat atau lama. Oleh karena itu stimulasi dan latihan
harus tetap diberikan agar anak dsapat berkembang dengan optimal.
Akibat dari keterlambatan
perkembangannya, anak dengan down
syndrome mengalami retardasi mental. Biasanya kategori retardasi mentalnya
adalah moderate (sedang). Sehingga,
dalam pembelajarannya digunakan metode yang sama dengan anak yang mengalami
retardasi mental.
Terdapat 3 variasi genetik yang
menjadi penyebab Down Syndrome (Selikowitz, 2001), yaitu:
1.
Trisonomi 21
Keadaan ini disebabkan oleh adanya
ekstra kromosom 21 dalam semua sel individu. Hal seperti itu terjadi karena salah
satu dari orangtua memberikan dua kromosom 21 baik melalui sel telur maupun
melalui sperma, bukannya satu seperti biasanya. Ini merupakan bentuk yang
paling banyak terjadi (95%) pada anak-anak down
syndrome yang lahir dari ibu dengan bermacam-macam usia.
2.
Translokasi
Pada tipe ini, sebagian dari
kromosom lain tersangkut pada kromosom 21. Hal itu terjadi ketika bagian atas
yang kecil dari kromosom 21 dan sebuah kromosom lain pecah, lalu kedua bagian
yang tersisa saling melekat satu sama lain pada bagian ujungnya.
Jenis
Translokasi ini bisa terjadi apabila salah satu orang tua merupakan pembawa.
Yang dimaksud dengan pembawa adalah orang normal yang memiliki 23 pasang
kromosom namun salah satu dari kromosom 21 melekat dengan kromosom lainnya.
Maka masalah yang akan timbul adalah pada saat memproduksi sperma atau sel
telur adalah sulitnya untuk membagi jumlah kromosom dengan merata, karena kedua
kromosom tersebut sudah saling melekat satu sama lain.
3.
Mosaik
Pada keadaan ini, hanya sebagian sel
yang mengandung ekstra kromosom sedangkan sel yang lain normal.
Individu-individu ini dikatakan menunjukkan gambaran mosaik karena sel-sel
tubuh mereka seperti mosaik yang tersusun dari potongan-potongan yang berbeda,
sebagian normal dan sebagian dengan kromosom tambahan. Kasus ini adalah kasus
yang paling jarang terjadi pada anak down
syndrome, jumlahnya hanya 1% saja.
C.
GEJALA ATAU TANDA-TANDA
DOWN SYNDROME
Penderita
Down Syndrome memiliki jarak antar jari kaki yang melebar. Gejala yang muncul
akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali,
tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda khas
sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa
bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung
yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).
Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang
pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua
baik pada tangan maupun kaki melebar.
Sementara
itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom
ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistem organ yang
lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease.
kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan
cepat. Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada
esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
Apabila
anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti
muntah-muntah. Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio
APP (bahasa Inggris: amyloid precursor protein) seperti pada penderita
Alzheimer.
Pencegahan
Pencegahan
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di
atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena
mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan
oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi
3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat
ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis
dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan
cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada
kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada
kehamilan 14-16 minggu.
Pemeriksaan
diagnostik
Untuk
mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
-Pemeriksaan fisik
penderita
-Pemeriksaan kromosom
-Ultrasonografi (USG)
-Ekokardiogram (ECG)
-Pemeriksaan darah
(Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
D.
TERAPI
ANAK DOWN SYNDROME
Terapi fisik yang digunakan untuk
menangani anak-anak yang menderita kelainan down syndrome adalah dengan terapi
treadmill, yaitu dengan cara melatih ibu atau pengasuh dan anak yang mengalami
down syndrome. Ibu atau pengasuh anak down syndrome dilatih bagaimana cara yang
tepat untuk melatih anak down syndrome agar dapat berjalan dan dapat melatih
keterampilan motoriknya, misalnya bagaimana cara memegang bayi, melatih anak
untuk duduk dan berjalan sendiri. Hal ini dilakukan karena anak-anak down
syndrome seringkali mengalami keterbelakangan kemampuan motorik, seperti
terlambat berdiri dan berlari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Palisano, dkk membuktikan bahwa 73% dari anak-anak down syndrome baru mampu
berdiri pada usia 24 bulan, dan 40% bisa berjalan pada usia 24 bulan. Sehingga,
terapi treadmill ini dilakukan agar dapat membantu anak-anak down syndrome
dalam melatih keterampilan motoriknya.
Selain terapi fisik tersebut, dapat
pula dilakukan beberapa intervensi sebagai penunjang dalam membantu
perkembangan fisik dan psikologis anak-anak down syndrome, seperti intervensi
berupa special education, menerapkan pendidikan khusus bagi anak-anak down
syndrome, modifikasi perilaku, dan parenting skill bagi orang tua anak-anak
down syndrome. Sehingga dengan adanya terapi fisik dan intervensi tersebut,
diharapkan dapat membantu anak-anak down syndrome agar mereka dapat tetap
berkembang dengan optimal, dan dapat beraktivitas, meskipun tidak seperti
anak-anak normal lainnya.
LATIHAN
Untuk
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakan latihan berikut:
1.
Amatilah sekelompok anak down syndrome pada sekolah khusus yaitu
SLB, jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri ciri-ciri khusus apa yang Anda
lihat pada anak tersebut!
2.
Jelaskanlah mengapa kehamilan ibu pada
usia diatas 35 tahun rentan akan kelainan pada janinnya!
3.
Pennganan seperti apa yang akan Anda
lakukan apabila dikelas tempat Anda mengajar salah seorangnya adalah anak down syndrome.
Petunjuk jawaban latihan
Diskusikan soal latihan diatas dengan teman
Anda atau dalam suatu kelompok kecil. Refleksikan hasil diskusi tersebut dengan kata-kata Anda sendiri. Bila Anda
dapat melakukannya dengan baik, berarti Anda telah memahami kegiatan belajar
ini.
1.
Agar Anda dapat mengerjakan soal ini,
bacalah kembali ciri-ciri anak yang mengalami down syndrome kemudian cocokkanlah dengan pengaslaman Anda apakah
ciri-ciri yang Anda temukan sama dengan yang ada pada materi diatas.
2.
Sebelum Anda menjawab pertanyaan ini,
sebaiknya Anda membaca kembali pengetian down
syndrome.
3.
Lakukan interaksi dengan anak-anak down syndrome, dengan mengajaknya
berinteraksi maka Anda melihat reaksi mereka setelah itu teruskanlah
masalah-masalah yang ada dan bagaimana cara penangannya.
RANGKUMAN
1.
Dokter yang pertama kali
mengidentifikasi ganguan down syndrome adalah
John Langdon Down.
2.
Down
Syndrome adalah suatu keadaan fisik yang disebab oleh mutase
gen ketika anak masih berada dalam kandungan.
3.
Anak down
syndrome memiliki ciri-ciri fisik yang khas, terutama pada bagian wajah.
Ukuran kepala terlihat kecil, lidah anak tergolong besar disbanding dengan
mulutnya yang kecil. Bentuk mata yang khas dengan kelopak mata yang seakan-akan
sulit membuka, batang hidung datar. Leher pendek dan bentuk jari tangan yang
pendek dan melengkung serta telapak tangan seperti berbentuk persegi empat.
4.
Mayoritas anak down syndrome mengalami keterlambatan perkembangan yang juga
berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasannya. Akibatnya kebanyakan mereka
mengalami retardasi mental sedang.
TES FORMATIF
Pilihlah satu jawaban yang paling
tepat!
1)
Nama down
syndrome berasal dari nama dokter yang menemukan gangguan ini, yaitu….
a.
Langdom Johan Down
b.
John Langdom Down
c.
Down Johan Langdom
d.
John Down Langdom
2)
Ciri utama yang terlihat pada anak
dengan gangguan down syndrome adalah
bentuk kepala yang….
a.
Bulat
b.
Lonjong
c.
Kecil
d.
Besar
3)
Penyebab gangguan down syndrome adalah….
a.
Kelebihan kromosom
b.
Mutasi gen
c.
Kekurangan kromosom
d.
Kondisi fisik ibu hamil
4)
Perkembangan anak dengan down syndrome cendrung mengalami keadaan
dibawah ini, kecuali….
a.
Lambat dalam perkembangan fisik
b.
Kemampuan motorik lebih lemah
c.
Otot-otot tubuh mengalami hambatan
d.
Dapat berkomunikasi dengan baik
5)
Mayoritas anak dengan gangguan down
syndrome mengalami retardai mental dengan kategori…..
a.
Memiliki IQ 28-85
b.
Memiliki IQ 5-90
c.
Memilki IQ 10-75
d.
Memiliki IQ 15-60
6)
Anak down syndrome memiliki bentuk
tangan seperti …..
a.
Tangan bayi dan lebar
b.
Persegi empat yang lebar
c.
Pendek dan melengkung
d.
Persegi empat dan melengkung
7)
Anak dengan down syndrome biasanya
kategori retardasi mentalnya adalah….
a.
Mill
b.
Moderate
c.
Mosaicism
d.
Trisomy
8)
Cara pemberian stimulasi kepada anak
down syndrome adalah dengan cara….
a.
Berkelanjutan
b.
Tidak teratur
c.
Sekali-kali
d.
Sewaktu-waktu saja
9)
Anak down syndrome memiliki ciri fisik
khas pada wajah berupa…..
a.
Ukuran mata kecil dan tergolong besar
b.
Kelompok mata seakan-akan sulit terbuka
dan memiliki lidah pendek.
c.
Leher yang panjang dan mata yang kecil
d.
Memiliki lidah besar dan leher yang
pendek.
10) Anak
down syndrome nmampu tengkurap biasanya pada usia….
a.
4 atau 8 bulan
b.
5 atau 6 bulan
c.
4 atau 6 bulan
d.
6 atau 8 bulan
Cocokalah jawaban anda dengan kunci
jawaban tes formatif 2 yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah
jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mngetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
![]() |
Arti tingkat
penguasaan: 90-100%= baik sekali
80-89%=
baik
70-79%=
cukup
<70% = kurang
Apabila tingkatan penguasaan 80% atau lebih,
Anda dapat meneruskan dengan modul yang selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah
80% Anda harus mengulang materi kegitan 2, terutama bagian belum dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 3
Anak Berbakat
A.
PENGERTIAN
ANAK BERBAKAT
Bila
menggunakan konsep kecerdasan tradisional, yang dimaksud anak berbakat adalah individu dengan kecerdasan
yang berfungi sangat jauh diatas rata-rata anak sebayanya. Biasanya digunakan
standar nilai IQ diatas 130. Batasan ini sangat sempit sifatnya. Tidak
memperhitungkan kreativitas atau potensi anak yang biasanya tidak tercakup
dalam nilai IQ.
Martison dalam SC. Utami Munandar (1982; 7)
memberikan batasan anak berbakat sebagai berikut; “Anak berbakat ialah mereka
yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat
menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan
program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan
program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri
sendiri maupun terhadap masyarakat”.
Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak
berbakat adalah “mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata
anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”. Sedangkan Renzulli (1979) melalui
teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau “Three-ring Conception”
tentang keberbakatan. Keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling
berkaitan,yaitu (a) kecakapan di atas rata-rata, (b) kreativitas, dan (c)
komitmen pada tugas.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa anak berbakat itu disamping memiliki kemampuan intelektual
tinggi, juga menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya
berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya. Anak ini disebut juga
“gifted and talented” yang berarti berbakat intelektual. Di sini kita harus
membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud
dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang ungul,
tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi unggu tersebut secara
optimal.
Berdasarkan
keterbatasan diatas maka saat ini lebih lazim digunakan defenisi mengenai anak
berbakat adalah individu yang menunjukkan potensi luar biasa atau potensi luar
biasa pada satu dan beberapa aspek seperti kecerdasan umum, kemampuan pada
bidang pelajaran khusus (seperti matematika atau sains atau Bahasa),
kreativitas, kepemimpinan, bakat di bidang seni (melukis, mengarang, musik,
tari, dan sebagainya) serta kemampuan psikomotor (olahraga). Jadi konsep
keberbakatan tidak hanya terbatas kepada kemampuan umum saja, tetapi juga
meliputi keterampilan atau kemampuan yang berada di atas rata-rata kemampuan
anak sebayanya yag ditunjukan oleh anak.
Dengan
digunakannya batasan yang lebih luas tersebut maka konsep kecerdasan majemuk
(multiple intelligence) dapat digunakan untuk mengetahui apakah seorang anak
berbakat atau tidak. Keberbakatan atau tidak berarti anak harus menunjukkan
hasil yang luar biasa pada semua aspek kecerdasan atau menguasai semua jenis
keterampilan dengan sangat baik, tetapi dapat saja hanya pada satu keterampilan
atau kemampuan khusus tertentu.
Sebagai contoh, Ali yang berusia 5
tahun menunjukkan kemapuan yang luar biasa dalam memainkan alat musik piano. Ia
mampu memainkan lagu klasik dengan tingkat kesulitan yang tinggi yang biasanya
dikuasai oleh pianis berusia dewasa. Meskipun ia sangat berbakat dibidang
musik, Ali tidak terlalu terampil bila harus bermain badminton. Belum tentu shuttle cock yang datang kearahnya dapat
dikembalikan dengan baik. Sebaliknya Susan, yang sangat lincah bermain badminton. Ia mampu mengembalikan
sguttle cock yang datang kepadanya
dan melakukan pukulan-pukulan yang menyulitkan lawan mainnya.
B.
KARAKTERISTIK
ANAK BERBAKAT
Karakteristik
umum yang dimiliki anak berbakat dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Biasanya anak berbakat memiliki kemampuan
untuk menguasai pelajaran atau keterampilan tertentu dengan cepat dan mudah
sesuai keberbakatanya. Mereka memiliki ide-ide yang tidak sama bila
dibandingkan dengan teman-temannya. Demikian pula dalam mengerjakan tugas
mereka cendrung lebih tekun dan mampu menyelesaikan persoalan yang lebih sulit.
2.
Sebagian besar anak berbakat memiliki
harga diri yang lebih tinggi, lebih terampil dalam kehidupan sosial, dan memiliki
penyesuaian emosional yang diatas rata-rata kemampuan anak seusianya.
3.
Banyak anak berbakat yang mengalami
kebosanan atau frustasi dengan kegiatan disekolah yang dirasanya terlalu mudah.
Hal ini dapat terjadi karena sekolah tidak memberi tugas-tugas atau kegiatan
membantu dalam mengembangkan kemampuan anak berbakat yang unik. Anak- anak
berbakat sering kali merasa bahwa pelajaran guru terlalu lambat dan sesring
kali di ulang-ulang padahal mereka telah mengerti maksud dari penjelasannya.
4.
Dampak dari kebosanan atau frustasi yang
berlebihan, anak berbakat menjadi tidak tertarik dengan tugas-tugas disekolah
dan menyelaesaikannya secara asal-asalan sehingga nilai yang dicapai tidak
sesuai dengan kemampuannya yang sebenarnya.
C.
KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh
Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga
kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1.
Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar
biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya.
Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki
sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai
banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya.
Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif,
diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois),
temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul,
senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima
pendapat orang lain.
2.
Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah
anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping
memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni
musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya
memiliki karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu,
imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
3.
Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara
110 sampai dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior
memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat
membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat
perhatian dari temantemannya. James H. Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302)
mengemukakan bahwa karakteristik anak berbakat itu (gifted) meliputi; physical,
personal, and social characteristics. Sedangkan David G. Amstrogn and Tom V.
Savage (1983; 327) mengemukakan; “Gifted and talented students are individuals
who are characteristized by a blaned of (1) high intelligence, (2) high task
comitment, and (3) high creativity. Secara umum hampir semua pendapat itu sama,
bahwa anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan
anak-anak pada umumnya.
Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat
memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara
luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran,
cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan
formula formula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan
(gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis
dan memiliki rasa ingin yang sangat besar” (Renzuli, 1979, Fahrle dkk.; 1985,
Galagher, 1985, Maker; 1982) dalam Dedi Supriadi (1992; 9).
D.
PENANGANAN
ANAK BERABAKAT
Secara umum terdapat dua pendekatan
utama dalam menangani pembelajaran anak berbakat, yaitu sebagai berikut:
1.
Enrichment
(pengayaan)
adalah suatu usaha untuk memberikan pengetahuan atau keterampilan dalam
tingkatan yang lebih tinggi melalui aktivitas tambahan didalam kelas,
proyek-proyek untuk diteliti atau latihan yang diberikan oleh ahlinya.
Misalnya, dikelas bu guru Ani, ada seorang anak yang bernama tuti dan ia sudah
lancar dan menulis. Setiap kali teman-temannya belajar untuk mengenal huruf
abjad, Tuti terlihat bosan dan berulang kali mengajak berbicara teman-teman
yang berada satu kelompok dengannya. Tentu saja ini membuat jengkel
teman-temannya yang berusaha memperhatikan bu guru Ani. Mengetahui kebosanan
yang dialami Tuti, bu guru Ani memberikan Tuti kesempatan untuk Tuti membaca
dipojok baca. Kepada Tuti buguru Ani berpesan bahwa setelah teman-teman selesai
belajar huruf abjad, bu guru akan meminta Tuti untuk menceritakan mengenai buku
yang dibacanya didepan kelas. Tuti menyambut gembira tugas yang diberikan bu
guru Ani. Ia sangat senang bisa membaca buku mengenai binatang yang ada di
pojok baca. Tanpa disadarinya bu guru Ani memberikan penguasaan keterampilan
kepada Tuti yang sifatnya lebih tinggi dibandingkan teman-teman sekelas Tuti.
Di saat teman sebayanya belajar mengenal huruf abjad, Tuti sudah dilatih untuk
menceritakan kembali apa yang sudah dibacanya secara logis dan dihadapan orang
banyak. Di kesempatan lain, bu guru Ani memberikan tugas untuk membuat karangan
mengenai tema tertentu setelah Tuti membaca buku. Bahkan kemudian buguru Ani
mengajarkan pada Tuti bagaimana mencari suatu tema dari seksiklopedia ank-anak.
2.
Acceleration
(akselerasi)
merupakan suatu cara yang seringkali di rekomendasikan bagi anak-anak yang
memang sangat berbakat., terutama pada bidang kecerdasan umum, dengan
mempercepat proses pendidikan mereka. Program akselerasi ini dapat
bermacam-macam bentuknya, anatara lain dengan mengizinkan anak masuk (atau
naik) kelas yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak seusianya, ‘lompat
kelas’ atau masuk khusus dimana materi pelajaran dipercepat. Di Indonesia,
program akselari yang diterapkan lebih
bersifat ‘percepatan’. Yaitu anak yang dianggap berbakat diberi kesempatan
untuk mengikuti kelas dimana materi pelaaran diberikan secara padat sehingga
waktu pendidikan di tingkat tersebut dapat dipersingkat. Ini berlaku untuk
siswa di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah.
Untuk membantu perkembangan anak
berbakat, terdapat beberapa langkah yang dapat kita lakukan sebagai pengajar.
1.
Sesuaikan tugas yang akan diberikan
dengan kemampuan anak.
Kita ingat jembali bu guru Ani
dengan siswanya Tuti. Bu guru Ani berusaha untuk menyesuaikan tugas yang
diberikannya kepada Tuti sesuai dengan kemampuannya. Di saat tema pelajaran
adalah Bahasa, dimana teman-teman Tuti belajar huruf abjad, buguru Ani meminta
Tuti untuk mmbaca buku karena Tuti sudah lancar membaca dan menulis. Bu guru
Ani tidak memaksakan Tuti untuk mengikuti pelajaran yang sama dengan
teman-temannya. Karena kemampuan Tuti sudah jauh lebih tingi dibandingkan
teman-temanya.
2.
Bentuk kelompok bagi anak-anak yang
memiliki kemampuan-keapuan yang setara.
Ternyata dikelas buuguru Santi juga
ank yang sudah lancar membaca da menulis. Maka buguru Ani dan bu guru Santi
sepakat untuk mengumpulkan anak anak tersebut
pada jam-jam pelajaran tertentu dimana kemampuan mereka sudah jauh lebih
tinggi di banding teman sekelasnya. Kepada kelompok T, dan teman-temannya ini,
bu guru memberikan tugas membaca, mengarang, atau bersama-sama membuat cerita
yang akan dipentaskan pada pesta perpisahan sekolah.
3.
Beri kesempatan pada anak untuk belajar
secara materi.
Dengan memberikan kesempatan pada
Tuti untuk membaca di pojok baca tanpa ditemani oleh guru, bu guru Ani sudah
memberi kesempatan bagi Tutu untuk belajar mandiri. Tentu saja, pada waktu-waku
tertentu, bu guru ani menanyakan pada Tuti apakah ada kata-kata yang sulit yang
tidak dimengerti atau ada hal lain yang ingin ditanyakan.
4.
Bantu anak-anak menetapkan hasil akhir
yang lebih tinggi dibandingkan teman-temanya.
Bu guru Ani dan bu guru Santi telah
menerapkan langkah-langkah ini pada kelompok Tuti dan kawan-kawan. Bu guru
meminta mereka untuk menyiapkan cerita yang akan dipentaskan di pesta
perpisahan sekolah, tidak hanya sekedar membaca buku-buku yang tersedia
diperpustakaan sekolah. Dengan bantuan bu guru kelompok ini dapat berdiskusi
dan memutuskan bahwa setelah mereka membaca buku-buku cerita yang ada, maka
sangat ingin mementaskan cerita tentang Timun Mas.
5.
Gunakan sumber-sumber lain.
Sumber-sumbsr yang dimaksud disini
dapat berupa buku bacaan, ensiklopedia, kamus, atau benda-benda lain yang
dapatmembantu anak untuk memahami dan memperdalam materi pembelajaran yang
dipelajarinya.Sumber juga dapat berupa orang lain yang lebih ahi dalam meeri
pelajaran atau keterampilan yang dikuasai oleh anak.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda
engenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut.
1.
Apakah Anda setuju bahwa anak
yangmemiliki IQ diatas rata-rata kehidupan sosialnya lebih rendah dibandngkan
dengan prestasinya? Jelaskan jawaban Anda!
2.
Diskusikanlah dengan teman Anda,
mengenai karakteristik anak berbakat berdasarkan pemahaman Anda terhadap isi
materi diatas!
3.
Lakukanlah pengamatan berdasarkan
pemahaman Anda mengenai isi materi diatas terhadap kelemahan adan kelebihan
anak berbakat dbandingkan dengan anak berketerbbelakangan mental dan anak down
syndrome, kemudian jawablah dengan kata-kata anda!
Petunjuk
Jawaban Latiahan
Diskusikanlah soal latiah diatas
dengan teman Anda atau dalam satu kelompok kecil refleksikan hasl diskusi
tersebut dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri. Bila Anda dapat
melakukannya dengan baik,berarti Anda sudah memahami kegiatan belajar ini.
1)
Pahamilah dengan baik keseluruahan isi
materi tentang anak berbakat, kemudian jabarkan jawaban Anda.
2)
Untuk menjawab pertanyaan ini, bacalah
kembali materi yang menjelaskan tentang karakteristik anak berbakat.
3)
Agar Anda dapat menjawab pertanyaan ini
pertama-tama bacalah kembali keseluruhan isi materi, kemudian amati anak yang
memiliki keterbelakangan mental kemudian cacat, lalu amati anak down syndrome
dan cacat dan terakhir amati anak berbakat. Dari hasil pengamatan tadi,Anda
akan mendapatkan kesimpulan menganai pernyataan diatas.
RANGKUMAN
1.
Secara tradisional anak berbakat adalah
individu dengan kecerdasan umum yang berfungsi sangat jauh di atas rata-rata
anak sebayanya, atau dengan IQ diatas 130.
2.
Saat ini defenisi anak berbakat lebih
ditekankan kepada kemampuan atau prestasi individu yang luar bias pada satu
atau beberapa aspak, seperti kecerdasan umum, kemampuan pada bidang pelajaran
khusus, kreativitas, kepemimpinan, bidang seni ataupun psikomotor.
3.
Anak berbakat memiliki kemampuan untuk
menguasai pelajaran atau keteampilan tertentu dengan cepat dan mudah sesuai
dengan aspek keberbakatannya.
4.
Sebagian anak yang berbakat memiliki
hargadiri yang lebih tinggi,lebih terampil dalam kehidupan sosial, dan memiliki
penyesuaian emosional yang diatas rata-rata anak seusianya.
5.
Namun banyak anak berbakatyang justru
mengalami msalah emosi dan sosial karena kebosanan dan frustasi akibt tidak
terpenuhinya kebutuhan mereka akan materi pelajaran atau aktivitas yang memang
lebih tinggi dibandingkan dengan anak sebayanya.
6.
Tersapat dua pendapat terutama mengenai
pembelajaran anak berbakat, yaitu pengayaan (enrichment) dan akselerasi.
7.
Untuk membantu perkembangan anak
berbakat, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran,
yaitu:
a.
Sesuai tugas yang akan diberikan dengan
kemampuan anak.
b.
Bentuk kelompok bagi anak-anak yang
memiliki kemampuan yang setara.
c.
Beri kesempatan pada anak untuk belajar
secara mandiri.
d.
Bantu anak untuk menetapkan hasil akhir
yang lebih tinggi dibandingkan teman-temannya.
e.
Gunakan sumber-sumber lain dalam
pembelajaran.
TES FORMATIF 3
1)
Secara tradisional, yang disebut anak
berbakat adalah anak dengan IQ…
A.
Diatas 130
B.
Diatas 120
C.
Diantara 120-130
D.
Dibawah 120
2)
Salah satu ciri anak berbakat adalah…..
A.
Nilai-nilai pelajaran disekolah sangat
bagus.
B.
Dengan cepat dapat menguasai bidang
tertentu sesuai dengan keberbakatanya.
C.
Tidak pernah memiliki masalah emosional
D.
Tidak ada jawaban yang benar.
3)
Kemampuan atau keterampilan yang dapat
menjadi sumber keberbakatan seorang anak adalah…..
A.
Kecerdasan umum
B.
Kesenian
C.
Olah raga
D.
Semua benar
4)
Pendekatan yang dapat diterapkan dalam
menangani pembelajaran anak berbakat adalah….
A.
Individual
B.
Berkelompok
C.
Pengayaan
D.
Konvensional
5)
Beriku ini adalah aktivitas yang dapat
dilakukan pengajar untuk membantu perkembangan anak berbakat, kecuali…
A.
Menyelaesaikan tugas dengan kemampuan
anak
B.
Selalu membimbing dan mengawasi kegiatan
anak.
C.
Membantu anak menetapkan hasil akhir
yang lebih tinggi dibandingkandengan teman-temannya
D.
Menggunakan sumber-sumber lain yang
dapat memperdalam materi yang diberikan
6)
Ada dua pendekatan utama mengenai
pembelajaran anak berbakat, yaitu….
A.
Berceria dan pengayaan
B.
Pengayaan dan akselerasi
C.
Evaluasi dan diskusi
D.
Diskusi dan penjelasan
7)
Banyak anak berbakat mengalami kebosanan
dalam kegiatan disekolah, hal ini dapat terjadi karena….
A.
Sekolah tidak memberikan tugas-tugas dan
kegiatan yang menantang
B.
Tidak tertarik dengan tugas-tugas yang
diberikan di sekolah
C.
Anak mengalami masalah emosi dan social
karena anak merasa perlakuan yang berbeda dengan teman sebayanya
D.
Anak cendrung lebih tekun dan mampu
menyelesaikan persoalan yang lebih sulit.
8)
Konsep keberbakatan tidak hanya terbatas
pada kecerdasan umum saja, tetapi juga meliputi….
A.
Kemampuan matematika, sains dan Bahasa
B.
Motorik halus, kasar dan musik
C.
Keterampilan atau kemampuan yang berada
di atas rata-rata
D.
Keterampilan atau kemampuan di bawah
rata-rata
9)
Suatu usaha untuk memberikan pengetahuan
atau keterampilan dalam tingkatan yang lebih tinggi melalui aktivitas tambahan
di dalam kelas, penjelasan ini merupakan penjelasan dari….
A.
Pengayaan
B.
Ekselerasi
C.
Pendekatan
D.
Evaluasi
10) Untuk
membantu perkembangan anak berbakat, terdapat beberapa langkah yang dilakukan
dalam pembelajaran, yaitu…
A.
Mengunakan sumber-sumber lain dalam
embelajaran
B.
Memberi kesempatan bagi anak untuk
belajar secara mandiri
C.
Membantu anak untuk menetapkan hasil
akhir yang lebih tinggi dalam pembelajaran
D.
Semua jawaban benar
Cocokkanlah
jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat dibagian akhir
modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mngetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 3.
![]() |
Arti tingkat
penguasaan: 90-100%= baik sekali
80-89%=
baik
70-79%=
cukup
<70% = kurang
Apabila tingkatan penguasaan 80% atau lebih,
Anda dapat meneruskan dengan modul yang selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah
80% Anda harus mengulang materi kegitan 3, terutama bagian belum dikuasai
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes formatif 1
1.
D. sebelum usia 10 tahun
2.
A. memiliki nilai IQ berada dibawah 70
3.
B. perilaku adaptif
4.
A. anak social berkaitan dengan
aktifitas waktu berdasarkan minat atau bermain.
5.
A. aktivitas bantu diri antara lain
berpakaian dan berdandan
6.
D. kecelakaan tidak termasuk penyebab
anak retardasi mental
7.
B. kemampuan daya ingat dan rentan
ingatan kendala anak retardasi mental.
8.
B. IQ54-40
9.
B. 3 tingkatan terdiri dari tingkat
jauh, dekat dan sedang
10. C.
keterampilan yang disampaikan dalam bentuk nyata dan bertahap tidak termasuk
cara penerapan memberi pelajaran.
Tes formatif 2
1.
B. john London down
2.
C. bentuh kepala yang keci dari anak
down syndrome
3.
B. kekurangan kromosom penyebab down
syndrome
4.
D. berkomunikasi dengan baik bkan
termasuk keadaan anak dengan gangguan down syndrome
5.
A. IQ 28-85
6.
B. persegi empat yang lebar adalah
bentuk tangan anak down syndrome
7.
B. moderate
8.
A. berkelanjutan
9.
A. Mata kecil dan lidah besar ciri fisik
khas pada wajah anak down syndrome
10. D.
6 atau 8 bulan
Tes Formatif 3
1)
A. di atas 130 adalah IQ anak berbakat
2)
D. Semua alternatif jawaban tidak tepat
3)
D. Semua alternatif jawaban tidak benar
4)
A. Secara individual adalah pendekatan pembelajaran
anak berbakat
5)
D. Menggunakan sumber lain
6)
B. Pengayaan dan akselesari
7)
A. Tugas dan kegiatan yang diberikan
tidak menantang
8)
C. Keterampilan atau kemampuan di atas
rata-rata
9)
A. Pengayaan
10) D.
Semua alternatif jawaban benar
DAFTAR PUSTAKA
Lansdown,
Richard. Walker, Marjorie. (1996). Your
Child’s Development from Birth to
Adolescence.
London: Frances Lincoln.
Mayes,
Linda. C. Cohen, Donald, J. (2002). Guide
to UnderstandingYour Child: Healthy
Development from Birth to Adolescence.
Boston: Little Brown.
McDevitt,
Teresa. M. Ormrod, Jeanne Ellis. (2002). Child
Development and Education, New
Jersey: Metril Prentice Hall.
Papalia.
Sattler.
Mussen,
Paul. H. Conger, Kagan, Huston, Aletha. C. (1988). Perkembangan dan kepribadian
Anak. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar