Anak dengan Masalah
Perilaku Agresif
Alzena
Masykouri, M.Psi.
PENDAHULUAN
Anda
pasti pernah menghadapi anak yang perilakunya membahayakan anak atau orang
lain. Misalnya, menusukkan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau
mengayun-ayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada
juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia
inginkan. Tak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi
bulan-bulanannya.
Perilaku
demikian dikenal dengan sebutan perilaku agresif. Perilaku tersebut kadang
muncul pula pada anak didik kita pada saat pembelajaran. Oleh karena itu,
sebagai guru TK anda perlu membekali
diri dengan wawasan tentang perilaku agresif pada anak. Setelah mempelajari
modul ini, diharapkan anda dapat :
1.
Menjelaskan pengertian
perilaku agresif pada anak
2. Menyebutkan
ciri-ciri anak dengan perilaku agresif
3.
Mengidentifikasi
penyebab munculnya perilaku agresif pada anak, dan dengan tepat
Untuk memudahkan anda mencapai tujuan
tersebut, modul ini diorganisasikan dalam kegiatan belajar yaitu sebagai
berikut
Kegiatan
belajar 1 : Perilaku Agresif pada Anak Usia Prasekolah
Kegiatan
belajar 2 : Penyebab dan Penanganan Perilaku Agresif
Agar anda dapat menguasai modul 12 ini dengan
baik, ikutilah petunjuk belajar berikut ini.
1.
Bacalah dengan cermat
bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami betul mengapa dan bagaimana
mempelajari modul ini
2.
Bacalah sepintas
seluruh bagian modul ini dan carilah konsep-konsep yang bersifat prinsip. Beri
tanda khusus untuk menunjukkan bahwa materi atau pernyataan tersebut penting
bagi anda.
3.
Pelajari setiap
pengertian yang anda temukan modul ini melalui
pemahaman dan alur berpikir anda sendiri, atau bertukar pikiran dengan
sesama teman mahasiswa
4.
Hubungkan/kaitkan
prinsip-prinsip dasar yang telah anda ketahui dengan situasi nyata dalam
kehidupan yang ada dalam sekitar anda
5.
Kuatkanpemahaman anda
melalui diskusi dalam kelompok belajar anda
KEGIATAN
BELAJAR 1
Hakikat Perilaku
Agresif
A.
PENGERTIAN
PERILAKU AGRESIF
Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang
ditemukan pada anak yang berusia 2 tahun.
Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi
bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah,
tidak hanya dirumah tetapi juga disekolah. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun,anak sudah lebihdapat mengendallikan dirinya untuk
tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap maka ada indikasi anak
mengalami gangguan psikologis.
Dampak utama dari perilaku agresif ini
adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan
teman-temannya. Keadaan ini menciptakan keadaan setan, semakin anak tidak
diterima oleh teman-temannya maka makin menjadilah perilaku agresif yang
ditampilkannya.
Harus dibedakan perilaku agresif yang
sifatnya situasional dengan perilaku agresif yang merupakan respons dari
keadaan frustasi, takut, atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain.
Secara definisi, yang dianggap perilaku
agresif adalah perilaku yang ditujukan untuk menyerang, menyakiti atau melawan
orang lain baik secara fisik maupun verbal. Jadi bisa berbentuk pukulan,
tendangan, dan perilaku fisik lainnya, atau berbentuk cercaan, makian, ejekan,
bantahan dan semacamnya. Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan
perilaku bila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.
Bentuk perilaku luar
biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa. Misalnya, memukul
itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju
dinyatakan dengan memukul maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai
perilaku agresif. Atau, bila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar,
misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum.
2.
Masalah ini bersifat
kronis. Artinya perilaku ini bersifat menetap, terus-menerus. Tidak menghilang
dengan sendirinya.
3.
Perilaku tidak dapat
diterima karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya.
Perilaku
agresif dapat ditampilkan oleh anak secara individu (agresif tipe soliter)
maupun secara berkelompok (agresif tipe grup). Pada perilaku agresif yang
dilakukan berkelompok/grup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan
memerintahkan teman-teman sekelompoknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu.pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah
yang hampir sama lalu memberikan kepercayaan pada salah satu anak untuk menjadi
ketua kelompok. Pada tipe ini sering terjadi perilaku agresif dalam bentuk
fisik.
Sedang pada tipe soliter, perilaku agresif dapat berupa fisik
maupun verbal, biasanya dimulai oleh seseorang yang bukan bagian dari tindakan
kelompok. Tidak ada usaha dari si anak untuk menyembunyikan perilaku tersebut.
Anak tipe ini sering kali menjaukan diri dari orang lain sehingga lingkungan
juga menolak keberadaannya.
Tidak jarang anak-anak ini, baik secara individual atau
berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan mereka dengan cara-cara yang
agresif. Akibatnya, ada anak atau sekelompok anak yang menjadi korban dari anak
lain yang berperilaku agresif.
B.
KARAKTERISTIK
PERILAKU AGRESIF
Secara umum, yang dimaksud dengan
gangguan emosi dan perilaku adalah ketidakmampuan yang ditunjukkan dengan
respons emosional atau perilaku yang berbeda dari usia sebayanya, budaya, atau
norma sosial. Ketidakmampuan tersebut juga mempengaruhi prestasi sekolahnya.
Yang dimaksud dengan prestasi sekolah adalah prestasi akademik, interaksi sosial
dan keterampilan pribadinya. Ketidakmampuan ini sifatnya menetap dan akan lebih
tampak bila sang anak berada dalam situasi yang dirasakan menegangkan olehnya.
Gangguan emosi dan perilaku dapat saja muncul bersama gangguan psikologis lain,
misalnya ADD/ADHD atau retardasi mental.
Perilaku agresif memang paling menarik
perhatian dibandingkan tipe lain dari
gangguan emosional dan perilaku. Karakteristik dari masalah perilaku dan
emosionalini sangat bervariasi. Berikut ini akan digambarkan karakteristik
perilaku agresif.
Perilaku agresif dapat bersifat verbal
maupun nonverbal. Bentuk-bentuk perilaku agresif yang biasanya tampak adalah
memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti perintah atau
permintaan, menangis, atau merusak. Anak yang menunjukkan perilaku ini biasanya
kita anggap sebagai pengganggu atau pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak
mengalami masalah emosi atau perilaku juga menampilkan perilaku seperti yang
disebutkan diatas, tetapi tidak sesering atau se-impulsif anak yang memiliki
masalah emosi atau perilaku. Anak dengan perilaku agresif biasanya mendapatkan
masalah tambahan seperti tidak diterima oleh teman-temannya (dimusuhi, dijauhi,
tidak diajak bermain) dan dianggap sebagai pembuat masalah oleh guru.
Perilaku agresif semacam itu biasanya
diperkuat dengan didapatkan penguatan dari lingkungan berupa status – dianggap
hebat oleh teman sebaya, atau didapatkannya sesuatu yang diinginkan, termasuk
melihat temannya menangis karena dipukul olehnya. Oleh sebab itu, dalam
penanganan anak dengan perilaku agresif, harus diperhatikan juga penanganan
atas anak yang menjadi korban perilaku tersebut. Tidak jarang, ada sekelompok
anak yang menjadi korban dari para jagoan karena ketidakmampuannya untuk
mempertahankan atau membela diri dari perilaku agresif teman yang lain.
Perilaku agresif merupakan bagian dari
perilaku antisosial. Perilaku antisosial sendiri mencakup berbagai macam
tindakan seperti tindakan agresif, ancaman secara verbal terhadap orang lain,
perkelahian, perusakan hak milik, pencurian, suka merusak (vandalis), kebohongan, pembakaran, kabur dari rumah, pembunuhan,
dan lain-lain.
Menurut buku panduan diagnostik untuk
gangguan mental, seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku antisosial
(termasuk agresif) bila tiga diantara daftar perilaku khusus berikut terdapat
dalam seseorang secara bersama-sama paling tidak selama enam bulan. Perilaku
tersebut sebagai berikut.
1. Mencuri
tanpa menyerang korban lebih dari satu kali
2. Kabur
dari rumah semalam paling tidak dua kali selama tinggal dirumah orang tua
3. Sering
berbohong
4. Dengan
sengaja melakukan pembakaran
5. Sering
bolos sekolah
6. Memasuki
rumah, kantor, mobil orang lain tanpa izin
7. Mengonarkan
milik orang lain dengan sengaja
8. Menyiksa
binatang
9. Memaksa orang lain untuk melakukan hubungan
seksual
10. Menggunakan
senjata lebih dari satu kali dalam perkelahian
11. Sering
memulai berkelahi
12. Mencuri
dengan menyerang korban (misalnya perampokan)
13. Menyiksa
orang lain
Meskipun dari ciri-ciri tersebut tampaknya sangat jarang dilakukan
anak TK, namun sebagai pendidik kita perlu mewaspadai agar perilaku-perilaku
tersebut jangan sampai muncul ketika anak beranjak remaja. Jadi guru TK perlu
jeli untuk mengenali gejala perilaku yang tidak umum pada anak didiknya sedini
mungkin sehingga kasus tersebut dapat ditangani lebih awal.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman
anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut !
1) Memukul
atau menendang adalah perilaku yang lumrah ditampilkan pada anak-anak. Kapan
perilaku tersebut termasuk perilaku agresif ?
2) Ada
dua tipe perilaku agresif dilihat dari jumlah pelakunya. Coba anda jelaskan
perbedaan kedua tipe tersebut !
3) Pada
usia berapakah biasanya perilaku agresif muncul ?
Petunjuk
jawaban latihan
1) Suatu
perilaku disebut agresif bila memenuhi syarat-syarat berikut :
a) Bentuk
perilaku luar biasa
b) Bersifat
kronis, terus-menerus dan menetap
c) Perilaku
tersebut tidak dapat diterima norma sosial atau budaya
2) Perilaku
agresif ada dua tipe yaitu tipe soliter dan tipe grup. Silahkan anda diskusikan
untuk mendapat perbedaan antara dua tipe perilaku agresif tersebut.
3) Perilaku
agresif biasanya muncul pada anak usia 3 - 7 tahun
RANGKUMAN
Ketika
anak memasuki usia 3 – 7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan
perkembangan mereka
Perilaku agresif adalah perilaku yang ditujukan untuk
menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik atau verbal.
Perilaku agresif dianggap sebagai gangguan perilaku bila :
1. Bentuk
perilakunya luar biasa mengganggu
2. Bersifat
kronis, menetap pada seseorang
3. Perilaku
tidak dapat diterima norma sosial atau budaya
Jadi harus dibedakan antara perilaku agresif yang sifatnya
situasional dengan anak yang menampilkan perilaku agresif sebagai respons dari
keadaan frustasi, takut, atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain.
Dampak utama dari perilaku agresif ini adalah anak tidak mampu berteman dengan
anak lain atau bermain dengan teman-temannya
Dilihat
dari jumlah pelaku, ada dua tipe perilaku agresif yaitu tipe soliter dan tipe
grup. Tipe soliter bila perilaku tersebut dilakukan sendirian, tipe grup bila
perilaku agresif dilakukan oleh sekelompok anak yang biasanya mempunyai masalah
yang hampir sama.
TES FORMATIF
Pilihlah
satu jawaban yang paling tepat !
1) Perilaku
agresif biasanya muncul pada anak usia ....
A. 2
– 5 tahun
B. 3
– 7 tahun
C. 4
– 5 tahun
D. Di
atas 7 tahun
2) Perbuatan
yang termasuk perilaku agresif di bawah ini ....
A. Membalas
pukulan pada teman
B. Menggigit
kuku jari saat marah
C. Membantah
setiap diajak bicara
D. Mogok
bicara pada guru
3) Salah
satu syarat sebuah perilaku dapat digolongkan agresif bila perilaku tersebut
kronis, artinya ....
A.
Sudah sangat parah
B.
Menetap pada seseorang
C.
Terjadi pada sekelompok
anak
D.
Dilakukan oleh
anak-anak
4) Perbuatan
yang tidak termasuk perilaku anti
sosial di bawah ini....
A.
Merusak rumah orang
lain
B.
Sering membolos sekolah
C.
Menyerang perampok
karena membela diri
D.
Menyiksa binatang
5) Salah
satu tipe perilaku agresif adalah tipe soliter, artinya....
A.
Dilakukan satu anak
saja
B.
Muncul saat anak
bermain bebas
C.
Muncul karena rasa
setia kawan pada teman
D.
Dilakukan anak yang
paling berpengaruh dikelas
Cocokkanlah
jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat
Penguasaan = x 100 %
Jumlah soal
|
Arti tingkat
penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70
– 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda
dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! jika masih dibawah 80 %, anda harus mengulangi materi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
Kegiatan
Belajar 2
Penyebab
dan Penanganan Perilaku agresif
A.
PENYEBAB
PERILAKU AGRESIF
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat, sekitar 5 – 10 % anak usia sekolah menunjukkan perilaku
agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif dibandingkan
anak perempuan. Menurut penilitian, perbandingannya 5 berbanding 1. Artinya,
jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih
banyak dibandingkan anak perempuan.
Sedangkan penyebab perilaku agresif diindikasikan
oleh 4 faktor utama yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya yang negatif. Perlu diingat, bahwa
faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan jamak. Jadi tidak mungkin hanya satu
faktor saja yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif.
1.
Faktor
Biologis
Emosi
dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, neurologis, atau biokimia,
juga kombinasi dari ketiganya. Yang jelas, ada hubungan antara tubuh dan
perilaku sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari
gangguan perilaku atau emosional. Misalnya, ketergantungan ibu pada alkohol
menurut penelitian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak.
Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita
psikopat (pengidap gangguan kejiwaan).
Semua anak sebenarnya lahir dengan
keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya,
meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit
kekurangan gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan
emosi atau tingkah laku.
2.
Faktor
keluarga
Sebenarnya tidak ada kaitan langsung
antara keluarga dalam hal ini orang tua dengan masalah perilaku anak.
Maksudnya, orang tua tidak dapat disalahkan atas masalah yang dialami anaknya.
Bahkan, orang tua yang pengasuhannya paling baik pun dapat memiliki anak dengan
masalah perilaku. Demikian juga sebaliknya.
Kepekaan terhadap kebutuhan anak, metode
yang berdasarkan kasih sayang dalam menghadapi perilaku yang salah, serta
bentuk penguatan positif seperti perhatian dan pujian untuk perilaku positif
cenderung meningkatan perilaku yang baik pada seorang anak. Semakin orang tua
bertindak kasar, menolak anak, kejam, dan tidak konsisten dalam menangani
perilaku yang salah maka kecenderungan anak untuk bertindak agresif makin
besar. Jadi beberapa faktor keluarga yang dapat menyebabkan perilaku agresif
antara lain sebagai berikut.
a. Pola
asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisten. Misalnya orang
tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan perihal yang menyimpang.
Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak, hukuman tersebut
kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak adastandar
yang jelas. Hal ini memicu perilaku agresif
pada anak. Ketidak konsistenan penerapan disiplin juga terjadi bila ada
pertentangan pola asuh antara kedua orang tua,
misalnya si ibu cenderung kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku
anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
b. Sikap
permisif orang tua, yang biasanya berawal dari orang tua yang merasa tidak
dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya sehingga cenderung
membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku
agresif cenderung menetap
c. Sikap
yang keras dan penuh tuntutan, yaitu
orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan atau
tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk
berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini
muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi
keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif
d. Gagal
memberikan hukuman yang tepat sehingga hukuman justru menimbulkan sikap
permusuhan anakpada orang tua dan meningkatkan perilaku agresif anak.
e. Memberi
hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial.
Orang tua kadang memberikan hadiah secara langsung pada perilaku agresif arah dengan memberikan perhatian dan menurut
keinginan anak karena orang tua ingin perilaku agresif tersebut (misal melempar
benda-benda miliknya) segera berakhir. Sebaliknya, kadang orang tua mengabaikan atau bahkan memberikan hukuman pada perilaku
prososial anak. Tidak ada pujian atau hadiah untuk perilaku tersebut, tetapi yang muncul justru
konflik karena perilaku anak dianggap
belum sempurna.akibatnya anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya dengan
memunculkan perilaku agresif karena ternyata perilaku prososial yang dia
tunjukkan tidak mendapat respons.
f. Kurang
memonitor dimana anak-anak berada. Meskipun tidak harus seehari penuh orang tua
bisa menemani anaknya, orang tua harus tetap memantau kegiatan anak selama
tidak dalam pengawasannya. Orang tua yang tidak membuat rencana yang jelas dan
pemantauan berkala untuk pengasuhan anaknya selama tidak ada dalam
pengawasannya, cenderung membuat anak merasa bebas berekspresi termasuk
melakukan perilaku agresif
g. Kurang
memberikan aturan. Orang tua yang kurang memberikan aturan kemana anak boleh
pergi, kapan harus pulang, dan lainnya cenderung meningkatkan resiko perilaku
agresif, terutama karena kuatnya pengaruh teman sebaya di luar pengawasan orang
tua
h. Tingkat
komunikasi yang rendah antara orang tua dan anak, seperti; jarang ada diskusi
untuk memecahkan masalah anak dan tidak memberikan alasan yang jelas dalam
menerapkan aturan
i. Gagal
menjadi model yang baik dalam membiasakan perilaku prososial dan keterampilan
memecahkan masalah sehingga anak mencontoh apa yang dia lihat dari orang tuanya.
Ketidakharmonisan dan tingginya konflik
dalam keluarga, menimbulkan keluarga yang bercerai berai (broken home) sehingga anak melepaskan rasa frustasi terhadap
kondisi keluarganya dengan perilaku agresif
j. Ibu
yang depresi yang mudah marah, memberikan resiko lebih tinggi munculnya
perilaku agresif pada anak daripada ibu yang sabar dan bijak.
Guru harus menyadari bahwa mayoritas orang tua yang anaknya
mengalami masalahemosi atau perilaku menginginkan anak mereka untuk dapat
berperilaku sesuai dan akan melakukan apa saja untuk menolong anaktersebut.
Oleh karena itu orang tua memerlukan dukungan, bukan kritik atau bahkan
dipersalahkan untuk mengatasi keadaan yang menyulitkan ini.
3.
Faktor
Sekolah
Beberapa anak sudah mengalami masalah
emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah. Sedangkan anak yang
lainnya mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Pengalaman bersekolah tidak
diragukan lagi memiliki peranan penting bagi seorang anak, tetapi bukan berarti
pengalaman tersebut adalah satu-satunya faktor yang berperandalam pembentukan
perilaku agresif pada anak. Temperamen anak dan kompetensi sosial yang
dimilikinya bersama dengan perilaku teman-teman serta guru dapat berperan dalam
munculnya masalah emosi dan perilaku.
Kondisi yang dialami anak dengan masalah
emosi dan perilaku dapat menjadi berbahaya jika anak yang menampilkan perilaku
agresif ditolak oleh lingkungannya. Hal ini akan membuat anak merasa tidak
nyaman dan akhirnya makin menampilkan perilaku yang agresif.
Disiplin di sekolah juga dapat berperan
dalam tampilan perilaku agresif oleh anak. Disiplin yang sangat kaku atau
sangat longgar atau juga inkonsisten akan sangat membingungkan anak yang
membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dapat dianggap oleh
anak sebagai lingkungan yang memberi perhatian padanya, meskipun perhatian yang
didapat adalah perhatian yang negatif, berupa hukuman atau kritikan.dapat saja
terjadi guru dan teman sebaya merupakan model dari perilaku agresif dan anak
mencontoh perilaku tersebut. Anak yang tidak menyukai kegiatan di sekolah atau
yang suka membolos juga mempunyai resiko yang lebih tinggi berperilaku agresif.
Guru sebaiknya melakukan introspeksi
terhadap instruksi atau cara penyampaian pelajaran, target pembelajaran dan
pendekatan terhadap manajemen perilaku.
Apakah sistem pendidikan sudah tepat ataukah memang ada yang harus
diperbaiki agar tidak menciptakan kondisi yang mungkin mengarah pada munculnya
perilaku agresif.
4.
Faktor
Budaya
Anak, keluarganya, dan sekolah terikat
pada budaya yang sangat berpengaruh dalam penentuan harapan terhadap anak oleh
orang dewasa dan juga harapan anak terhadap diri dan teman-temannya.
Nilai-nilai dan standar perilaku disampaikan pada anak berdasarkan budaya
melalui berbagai syarat, aturan, harapan, dan contoh. Beberapa pengaruh budaya
yang spesifik mempengaruhi pikiran melalui tingkat kekerasan yang ditampilkan
di media, terutama televisi dan film.
Bandura (1979) mengungkapkan beberapa
akibat penayangan kekerasan di media, yaitu sebagai berikut.
a. Mengajari
anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat
diatasi dengan perilaku agresif.
b. Anak
menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan
perilaku agresif sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
c. Menjadi
tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan
empati dan kepekaan sosial)
d. Membentuk
citra manusiatentang kenyataandan cenderung menganggap dunia sebagai tempat
yang tidak aman untuk hidup
Teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi
anak. Ini merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif
dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan
tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang
dianggap sebagai anak yang jagoan sehingga perkataan dan kemauannya selalu
diikuti oleh temannya yang lain.
Di bawah ini akan digambarkan bagaimana faktor-faktor tersebut
di atas saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sangat sulit untuk
menentukan faktor mana yang paling berperan dalam timbulnya perilaku agresif
pada anak.
Faktor
Sekolah
Prestasi
akademik buruk, masalah dengan figur otoritas, ditolak oleh teman-teman
|
Keadaan
sosial yang negatif
Harga
diri yang rendah, mudah frustasi, mudah marah, kasar, rasa iri/cemburu
|
PERILAKU
AGRESIF
|
IDENTITAS
NEGATIF
|
Faktor
Keluarga
Keadaan
keluarga yang tidak mapan, penolakan orang tua, gaya interaksi yang
cenderung memaksa/agresif
|
Identifikasi terhadap kelompok
perkembangan identitas sosial yang negatif
|
B.
PENANGANAN
PERILAKU AGRESIF
Penanganan
terhadap masalah perilaku agresif harus dilakukan secara menyeluruh, artinya
semua pihak harus terlibat, termasuk guru, orang tua dan lingkungan sekitarnya.
Terhadap anak yang menampilkan perilaku
agresif, biasanya dikenakan hukuman akibat perilaku yang ia lakukan. Penerapan
hukuman dalam berbagai bentuk tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan
meningkatkan perilaku agresif. Termasuk jika hukuman tersebut diterapkan secara
tidak konsisten atau tertunda, atau jika tidak ada pilihan perilaku positif
lain untuk dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, anak biasanya juga tidak
diperbolehkan untuk mengekspresikan perilaku agresifnya secara bebas melalui
pilihan kegiatan-kegiatan positif.
Kelemahan anak yang menampilkan perilaku
agresif adalah ia tidak menguasai keterampilan sosial untuk itu guru dapat
mengajarkan bagaimana cara menanggapi perasaan orang lain dan perasaan dirinya
sendiri serta perilaku yang tepat untuk bertingkah laku dalam suatu lingkungan
sosial. Misalnya dengan berlatih mengungkapkan perasaan yang dirasakan; senag,
sedih, marah, gembira, dan perilaku seperti apa yang harus dilakukan ketika ada
teman yang mengambil barang tanpa minta izin. Bentuk pengajaran dapat berupa
latihan atau role play. Dengan
demikian anak mendapatkan model perilaku yang positif dan mengetahui bagaimana
harus bersikap dalam suatu situasi sosial tertentu.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah agresifitas adalah menampilkan tingkah laku positif sebagai
model dalam merespons perilaku agresif dan membantu anak untuk berlatih
menampilkan perilaku nonagresif. Menerapkan hukuman yang tidak akan menampilkan
perilaku agresif lain juga menjadi pilihan untuk mengatasi perilaku agresif
yang terjadi. Misalnya dengan meminta anak berdiam di sudut baca ketika ia
dengan sengaja menumpahkan minuman milik temannya, daripada memarahinya di
hadapan teman-temannya dan mengatakan bahwa ia anak yang nakal.
Guru dapat berperan sebagai model bagi
siswanya dengan tidak menampilkan perilaku agresif juga, misalnya marah atau
balas membentak, ketika menghadapai anak dengan perilaku agresif. Seperti yang
dilakukan bu guru Rita ketika mendapati Surya berusaha memukul Andi karena
tangannya terkena tangan Andi sehingga gambar yang sedang diwarnai Surya
menjadi berantakan. Bu guru Rita berlutut diantara Andi dan Surya yang sudah
siap berbaku hantam. Dengan suaranya yang tenang, bu guru Rita menanyakan duduk
persoalannya. Kemudia bu guru Rita menanyakan pada Surya, yang sudah siap
dengan tinjunya, apa yang Surya rasakan. Surya menjawab bahwa ia kesal karena
gambar yang sudah diwarnai dengan sebaik-baiknya menjadi rusak karena ada
coretan garis yang diakibatkan tangannya terkena tangan Andi. Bu guru Rita
kembali bertanya, apakah dengan memukul Andi persoalan menjadi selesai. Surya
hanya menggeleng. Tetapi terlihat dari raut mukanya bahwa ia masih kesal dengan
peristiwa tersebut. Bu guru Rita bertanya pada Andi, apa yang dilakukan Andi.
Andi mengatakan bahwa ia tidak sengaja merusak gambar Surya. Andi minta maaf
dan berjanji akan memberikan gambar yang sudah dibuatnya untuk Surya. Tampaknya
Surya cukup puas menerima tawaran dari Andi. Sikap bu guru Rita yang tidak
memarahi atau bahkan menaikkan nada suaranya dalam menghadapi perilaku agresif
merupakan model yang tepat bagi siswa-siswanya bagaimana menghadapi masalah.
Anak dengan perilaku agresif sering kali
sulit untuk menyampaikan keinginan dan perasaannya secara tepat, tanpa
menampilkan perilaku agresif. Bantuan anda sebagai guru sangat penting untuk
dapat melatih anak mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara tepat. Kadang
kala, perilaku agresif muncul sebagai akibat dari rasa frustasi karena ia tidak
mampu menyelesaikan suatu tugas. Untuk itu, bantu anak untuk berhasil dalam
menyelesaikan tugasnya. Misalnya, bila diberi tugas untuk kolase (menempelkan
potongan-potongan kertas kecil sehingga membentuk gambar tertentu), Rio pasti
tidak akan menyelesaikan pekerjaanya dan malah mengganggu teman-teman yang
duduk satu meja dengannya. Bu guru dapat membantu Rio untuk mengerjakan tugas
kolase dengan memberikan gambar yang berukuran kecil sehingga Rio tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Rio merasa puas karena ia
merasa berhasil mengerjakan tugas kolase, bu guru juga senang karena Rio tidak
lagi mengganggu teman-temannya dan berhasil menyelesaikan tugasnya.
Orang
tua merupakan pihak yang harus dilibatkan dalam penanganan anak dengan perilaku
agresif. Komunikasikan perkembangan perilaku anak di sekolah. Bila ada aturan
atau kesepakatan antara guru dan anak, orang tua harus diberi tahu, sehingga
penanganan di rumah pun dapat sejalan dengan penanganan di sekolah. Orang tua
pasti merasa malu dan bingung terhadap perilaku anaknya yang agresif. Oleh
karenanya, tidak usah menambah risau orang tua dengan menyalahkan cara
pengasuhan mereka di rumah. Kerja sama adalah cara yang terbaik untuk mengenai
masalah perilaku anak. Jika memungkinkan dan dirasakan perlu, minta orang tua
untuk membawa anak ke psikolog agar dapat diketahui penyebab dan penanganan
prilakunyasecara menyeluruh.
Seperti
telah disampaikan sebelumnya, anak yang menjadi korban dari anak lain yang
menampilkan perilaku agresif juga perlu penanganan khusus. Terutama untuk
melatih mereka agar mereka mampu mempertahankan diri atau membela diri ketika
dalam keadaan menjadi korban. Cara yang paling sederhana untuk diajarkan adalah
menghindar. Latih anak untuk menghindar ketika ia mendapatkan dirinya
diperlakukan secara agresif, apakah secara verbal maupun nonverbal. Kemudian,
latih pula anak untuk mencari bantuan dari orang dewasa. Tetapi harus diingat,
minta bantuan bukan berarti mengadu. Anak harus pula dilatih bagaimana
menyelesaikan permasalahan dan menghadapi anak yang berperilaku agresif.
Biasanya anak yang korban adalah anak yang lemah atau anak yang mudah menangis.
Untuk itu, guru dapat memberi dukungan dengan mengembangkan perasaan bahwa anak
yang menjadi korban sebenarnya mampu untuk melawan, bukan secara fisik, bila
dirinya menjadi bulan-bulanan temannya.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda
mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut !
1)
Faktor – faktor apa
saja yang dapat menyebabkan perilaku agresif? Jelaskan !
2)
Bagaimana sebaliknya
tindakan guru bila ada anak yang menunjukkan perilaku agresif ?
Petunjuk jawaban
latihan
1)
Setidaknya ada empat
faktor yang dapat menyebabkan perilaku agresif, yaitu faktor biologis,
keluarga, sekolah, dan budaya. Anda dapat berdiskusi dengan teman sejawat untuk
merinci faktor-faktor tersebut yang dapat memicu munculnya perilaku agresif
pada anak.
2)
Guru sebaiknya menjadi
model yang baik ketika menghadapi anak dengan perilaku agresif. Guru harus
bersikap tenang, tidak memarahi anak dan berusaha mengajak anak untuk berdialog
sehingga permasalahan yang menyebabkan perilaku agresif diketahui oleh guru,
dan guru menawarkan solusi lain yang sedapat mungkin memuaskan anak.
RANGKUMAN
1.
Penyebab perilaku
agresif diindikasikan oleh 4 faktor utama, yaitu: gangguan biologis dan
penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya yang
negatif
2.
Penerapan hukuman dalam
berbagai bentuk tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan meningkatkan
perilaku agresif
3.
Kelemahan anak yang
melakukan perilaku agresif adalah ia tidak menguasai keterampilan sosial
4.
Guru dapat mengajarkan
bagaimana cara menanggapi perasaan orang lain dan perasaan dirinya sendiri serta
perilaku yang tepat untuk bertingkah laku dalam suatu lingkungan sekolah
5.
Teknik lain yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah agresifitas adalah menampilkan tingkah laku
positif sebagai model dalam merespons perilaku agresif dan membantu anak untuk
berlatih menampilkan perilaku nonagresif
6.
Menerapkan hukuman yang
tidak akan menampilkan perilaku agresif lain juga menjadi pilihan untuk
mengatasi perilaku agresif yang terjadi
7.
Guru dapat berperan
sebagai model bagi siswanya dengan tidak menampilkan perilaku agresif juga
8.
Selain penanganan anak
yang berperilaku agresif, guru juga harus memahami dan membantu anak yang
menjadi korban
9.
Dukungan yang paling
baik adalah dengan mengembangkan perasaan bahwa anak yang menjadi korban
perilaku agresif sebenarnya mampu mempertahankan diri mereka sendiri.
TES FORMATIF 2
Pilihlah
satu jawaban yang paling tepat !
1)
Berikut tidak termasuk
faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif pada anak ....
A. Ibu
pecandu narkotik
B. Ayah
pernah dipenjara
C. Janin
kekurangan gizi
D. Ayah
terganggu jiwanya
2)
Sikap orang tua berikut
kurang tepat dan dapat menimbulkan perilaku agresif pada anak ....
A. Memberikan
hadiah bila anak melakukan perilaku prososial
B. Mengharuskan
anak menjadi yang terbaik di antara teman kelasnya
C. Menghukum
bila anak melakukan perilaku antisosial
D. Memberikan
aturan jam berapa anak harus pulang dari bermain
3)
Kadang orang tua tidak
kompak dalam mendidik anaknya sehingga ayah dan ibu memiliki cara masing-masing
yang membuat anak menjadi bingung. Hal ini termasuk pola asuh yang dapat
menyebabkan perilaku agresif, yaitu pola asuh yang ....
A. Bersikap
permisif
B. Kurang
mengawasi keberadaan anak
C. Tidak
konsisten dalam menerapkan disiplin
D. Komunikasi
verbal dengan anak rendah
4)
Penanganan terhadap
perilaku agresif harus dilakukan secara menyeluruh, artinya ....
A. Semua
pihak pendidik dan lingkungan terlibat dalam penanganan
B. Seluruh
anak dalam kelas diberikan penanganan
C. Semua
orang tua murid di undang ke sekolah
D. Seluruh
guru dikerahkan untuk menangani
5)
Anak korban perilaku
agresif juga harus dilatih untuk mempertahankan diri, dengan cara ....
A. Segera
mengadukan perbuatan tersebut pada guru
B. Membalas
jika diperlakukan tidak adil
C. Menangis
agar guru segera datang menolong
D. Menghindar
atau minta bantuan pada guru
6)
Metode yang efektif
untuk melatih kepekaan sosial anak sehingga mengurangi resiko munculnya
perilaku agresif adalah metode ....
A. Bernyanyi
B. Bercakap-cakap
C. Bermain
peran
D. Bersyair
7)
Penerapan hukuman yang
efektif untuk menengani anak berperilaku agresif adalah ....
A. Ditunda
pelaksanaannya agar anak siap mental
B. Disaksikan
seluruh teman sekelas agar jera
C. Berupa
perilaku positif sebagai pengganti
D. Dilaksanakan
atau tidak tergantung keinginan guru
Cocokkanlah jawaban anda dengan
kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah
jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat
Penguasaan =
x 100 %
Jumlah soal
|
Arti tingkat
penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70
– 79 % = cukup
<
70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda
dapat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat ! jika masih dibawah
80 %, anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Kunci
Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) B.
3 – 7 tahun
2) C.
Membantah setiap diajak bicara
3) B.
Menetap pada seseorang
4) C.
Menyerang perampok karena membela diri
5) A.
Dilakukan satu anak saja
Tes Formatif 2
1) B.
Ayah pernah dipenjara
2) B.
Mengharuskan anak menjadi yang terbaik di antara teman sekelasnya
3) C.
Tidak konsisten dalam menerapkan konsisten
4) A.
Semua pihak pendidik dan lingkungan terlibat dalam penanganan
5) D.
Menghindar atau minta bantuan pada guru
6) C.
Bermain peran
7) C.
Berupa perilaku positif sebagai pengganti
Daftar
Pustaka
Dr
Clerg, linda. (1994). Tingkah Laku Dari
Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta : Gramedia.
Lansdown,
Richard. Walker, Marjorie. (1996). Your
Childs’s Development: from Birth to Adolescence. London : Frances Lincoln.
Mayes,
Linda. C. Cohen, Donald, J. (2002). Guide
to Understanding Your Child: Healthy Development from Birth to Adolescence.
Boston: Little Brown.
McDevitt,
Teresa. M. Ormrorod, Jeanne Ellis. (2002).
Child Development and Education.
New Jersey: Merril Prentice Hall
Hallahan,
Daniel P. Kauffman, James M. (2006). Exeptional Learners: Introduction to Special Education. 10 th Ed. Boston :
Pearson
Flick,
Grad. L. (1990). ADD/ADHD Behavior-Change
Resource Kit: Ready to Use Strategies & Activities for Helping Children
with Attention Deficit Disorder. New York: The Center for Applied Research
in Education.
Khine,
Myint Swe (Eds). (2004). Teaching and
Classroom Management: An Asian Perspective. Singapore: Pearson-Prentice
Hall
Paul,
Henry A. (2000). Is My Child OK ? New
York:Dell.
ANAK DENGAN MASALAH PERILAKU AGRESIF
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 11
1.
PERA RENDA (06141281320011)
2.
RIA ROSIDAH (06141281320024)
PRODI : PG-PAUD 2013
PEMBIMBING : Dra. SYAFDANINGSIH, M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar