terimah kasih telah mengunjungi blog perarenda. sering-sering mampir ke blog ini ya. semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita :)

Jumat, 01 Mei 2015

anak berkebutuhan khusus perilaku agresif



Anak dengan Masalah Perilaku Agresif
Alzena Masykouri, M.Psi.

PENDAHULUAN
Anda pasti pernah menghadapi anak yang perilakunya membahayakan anak atau orang lain. Misalnya, menusukkan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun-ayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan. Tak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi bulan-bulanannya.
Perilaku demikian dikenal dengan sebutan perilaku agresif. Perilaku tersebut kadang muncul pula pada anak didik kita pada saat pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai guru TK  anda perlu membekali diri dengan wawasan tentang perilaku agresif pada anak. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan anda dapat :
1.    Menjelaskan pengertian perilaku agresif pada anak
2.    Menyebutkan ciri-ciri anak dengan perilaku agresif
3.    Mengidentifikasi penyebab munculnya perilaku agresif pada anak, dan dengan tepat
Untuk memudahkan anda mencapai tujuan tersebut, modul ini diorganisasikan dalam kegiatan belajar yaitu sebagai berikut
Kegiatan belajar 1 : Perilaku Agresif pada Anak Usia Prasekolah
Kegiatan belajar 2 : Penyebab dan Penanganan Perilaku Agresif
   Agar anda dapat menguasai modul 12 ini dengan baik, ikutilah petunjuk belajar berikut ini.
1.    Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami betul mengapa dan bagaimana mempelajari modul ini
2.    Bacalah sepintas seluruh bagian modul ini dan carilah konsep-konsep yang bersifat prinsip. Beri tanda khusus untuk menunjukkan bahwa materi atau pernyataan tersebut penting bagi anda.
3.    Pelajari setiap pengertian yang anda temukan modul ini melalui  pemahaman dan alur berpikir anda sendiri, atau bertukar pikiran dengan sesama  teman mahasiswa
4.    Hubungkan/kaitkan prinsip-prinsip dasar yang telah anda ketahui dengan situasi nyata dalam kehidupan yang ada dalam sekitar anda
5.    Kuatkanpemahaman anda melalui diskusi dalam kelompok belajar anda

KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat  Perilaku  Agresif
A.  PENGERTIAN PERILAKU AGRESIF
       Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia 2 tahun.  Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak hanya dirumah tetapi juga disekolah. Diharapkan setelah  melewati usia 7 tahun,anak  sudah lebihdapat mengendallikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila  keadaan ini menetap maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.
       Dampak utama dari perilaku agresif ini adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya. Keadaan ini menciptakan keadaan setan, semakin anak tidak diterima oleh teman-temannya maka makin menjadilah perilaku agresif yang ditampilkannya.
       Harus dibedakan perilaku agresif yang sifatnya situasional dengan perilaku agresif yang merupakan respons dari keadaan frustasi, takut, atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain.
       Secara definisi, yang dianggap perilaku agresif adalah perilaku yang ditujukan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain baik secara fisik maupun verbal. Jadi bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainnya, atau berbentuk cercaan, makian, ejekan, bantahan dan semacamnya. Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan perilaku bila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.    Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa. Misalnya, memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Atau, bila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum.
2.    Masalah ini bersifat kronis. Artinya perilaku ini bersifat menetap, terus-menerus. Tidak menghilang dengan sendirinya.
3.    Perilaku tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya.
       Perilaku agresif dapat ditampilkan oleh anak secara individu (agresif tipe soliter) maupun secara berkelompok (agresif tipe grup). Pada perilaku agresif yang dilakukan berkelompok/grup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman sekelompoknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah yang hampir sama lalu memberikan kepercayaan pada salah satu anak untuk menjadi ketua kelompok. Pada tipe ini sering terjadi perilaku agresif dalam bentuk fisik.
       Sedang pada tipe soliter, perilaku agresif dapat berupa fisik maupun verbal, biasanya dimulai oleh seseorang yang bukan bagian dari tindakan kelompok. Tidak ada usaha dari si anak untuk menyembunyikan perilaku tersebut. Anak tipe ini sering kali menjaukan diri dari orang lain sehingga lingkungan juga menolak keberadaannya.
       Tidak jarang anak-anak ini, baik secara individual atau berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan mereka dengan cara-cara yang agresif. Akibatnya, ada anak atau sekelompok anak yang menjadi korban dari anak lain yang berperilaku agresif.
B.  KARAKTERISTIK PERILAKU AGRESIF
       Secara umum, yang dimaksud dengan gangguan emosi dan perilaku adalah ketidakmampuan yang ditunjukkan dengan respons emosional atau perilaku yang berbeda dari usia sebayanya, budaya, atau norma sosial. Ketidakmampuan tersebut juga mempengaruhi prestasi sekolahnya. Yang dimaksud dengan prestasi sekolah adalah prestasi akademik, interaksi sosial dan keterampilan pribadinya. Ketidakmampuan ini sifatnya menetap dan akan lebih tampak bila sang anak berada dalam situasi yang dirasakan menegangkan olehnya. Gangguan emosi dan perilaku dapat saja muncul bersama gangguan psikologis lain, misalnya ADD/ADHD atau retardasi mental.
       Perilaku agresif memang paling menarik perhatian  dibandingkan tipe lain dari gangguan emosional dan perilaku. Karakteristik dari masalah perilaku dan emosionalini sangat bervariasi. Berikut ini akan digambarkan karakteristik perilaku agresif.
       Perilaku agresif dapat bersifat verbal maupun nonverbal. Bentuk-bentuk perilaku agresif yang biasanya tampak adalah memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti perintah atau permintaan, menangis, atau merusak. Anak yang menunjukkan perilaku ini biasanya kita anggap sebagai pengganggu atau pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak mengalami masalah emosi atau perilaku juga menampilkan perilaku seperti yang disebutkan diatas, tetapi tidak sesering atau se-impulsif anak yang memiliki masalah emosi atau perilaku. Anak dengan perilaku agresif biasanya mendapatkan masalah tambahan seperti tidak diterima oleh teman-temannya (dimusuhi, dijauhi, tidak diajak bermain) dan dianggap sebagai pembuat masalah oleh guru.
       Perilaku agresif semacam itu biasanya diperkuat dengan didapatkan penguatan dari lingkungan berupa status – dianggap hebat oleh teman sebaya, atau didapatkannya sesuatu yang diinginkan, termasuk melihat temannya menangis karena dipukul olehnya. Oleh sebab itu, dalam penanganan anak dengan perilaku agresif, harus diperhatikan juga penanganan atas anak yang menjadi korban perilaku tersebut. Tidak jarang, ada sekelompok anak yang menjadi korban dari para jagoan karena ketidakmampuannya untuk mempertahankan atau membela diri dari perilaku agresif teman yang lain.
       Perilaku agresif merupakan bagian dari perilaku antisosial. Perilaku antisosial sendiri mencakup berbagai macam tindakan seperti tindakan agresif, ancaman secara verbal terhadap orang lain, perkelahian, perusakan hak milik, pencurian, suka merusak (vandalis), kebohongan, pembakaran, kabur dari rumah, pembunuhan, dan lain-lain.
       Menurut buku panduan diagnostik untuk gangguan mental, seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku antisosial (termasuk agresif) bila tiga diantara daftar perilaku khusus berikut terdapat dalam seseorang secara bersama-sama paling tidak selama enam bulan. Perilaku tersebut sebagai berikut.
1.    Mencuri tanpa menyerang korban lebih dari satu kali
2.    Kabur dari rumah semalam paling tidak dua kali selama tinggal dirumah orang tua
3.    Sering berbohong
4.    Dengan sengaja melakukan pembakaran
5.    Sering bolos sekolah
6.    Memasuki rumah, kantor, mobil orang lain tanpa izin
7.    Mengonarkan milik orang lain dengan sengaja
8.    Menyiksa binatang
9.      Memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual
10.    Menggunakan senjata lebih dari satu kali dalam perkelahian
11.    Sering memulai berkelahi
12.    Mencuri dengan menyerang korban (misalnya perampokan)
13.    Menyiksa orang lain
     Meskipun dari ciri-ciri tersebut tampaknya sangat jarang dilakukan anak TK, namun sebagai pendidik kita perlu mewaspadai agar perilaku-perilaku tersebut jangan sampai muncul ketika anak beranjak remaja. Jadi guru TK perlu jeli untuk mengenali gejala perilaku yang tidak umum pada anak didiknya sedini mungkin sehingga kasus tersebut dapat ditangani lebih awal.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut !
1)   Memukul atau menendang adalah perilaku yang lumrah ditampilkan pada anak-anak. Kapan perilaku tersebut termasuk perilaku agresif ?
2)   Ada dua tipe perilaku agresif dilihat dari jumlah pelakunya. Coba anda jelaskan perbedaan kedua tipe tersebut !
3)   Pada usia berapakah biasanya perilaku agresif muncul ?
Petunjuk jawaban latihan
1)   Suatu perilaku disebut agresif bila memenuhi syarat-syarat berikut :
a)    Bentuk perilaku luar biasa
b)   Bersifat kronis, terus-menerus dan menetap
c)    Perilaku tersebut tidak dapat diterima norma sosial atau budaya
2)   Perilaku agresif ada dua tipe yaitu tipe soliter dan tipe grup. Silahkan anda diskusikan untuk mendapat perbedaan antara dua tipe perilaku agresif tersebut.
3)   Perilaku agresif biasanya muncul pada anak usia 3 - 7 tahun




RANGKUMAN
       Ketika anak memasuki usia 3 – 7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka
       Perilaku agresif adalah perilaku yang ditujukan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik atau verbal.
       Perilaku agresif dianggap sebagai gangguan perilaku bila :
1.    Bentuk perilakunya luar biasa mengganggu
2.    Bersifat kronis, menetap pada seseorang
3.    Perilaku tidak dapat diterima norma sosial atau budaya
       Jadi harus dibedakan antara perilaku agresif yang sifatnya situasional dengan anak yang menampilkan perilaku agresif sebagai respons dari keadaan frustasi, takut, atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain.
       Dampak utama dari perilaku agresif  ini adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya
       Dilihat dari jumlah pelaku, ada dua tipe perilaku agresif yaitu tipe soliter dan tipe grup. Tipe soliter bila perilaku tersebut dilakukan sendirian, tipe grup bila perilaku agresif dilakukan oleh sekelompok anak yang biasanya mempunyai masalah yang hampir sama.

TES FORMATIF
       Pilihlah satu jawaban yang paling tepat !
1)   Perilaku agresif biasanya muncul pada anak usia ....
A.    2 – 5 tahun
B.     3 – 7 tahun
C.     4 – 5 tahun
D.    Di atas 7 tahun
2)   Perbuatan yang termasuk perilaku agresif di bawah ini ....
A.  Membalas pukulan pada teman
B.  Menggigit kuku jari saat marah
C.  Membantah setiap diajak bicara
D.  Mogok bicara pada guru

3)   Salah satu syarat sebuah perilaku dapat digolongkan agresif bila perilaku tersebut kronis, artinya ....
A.    Sudah sangat parah
B.     Menetap pada seseorang
C.     Terjadi pada sekelompok anak
D.    Dilakukan oleh anak-anak
4)   Perbuatan yang tidak termasuk perilaku anti sosial di bawah ini....
A.    Merusak rumah orang lain
B.     Sering membolos sekolah
C.     Menyerang perampok karena membela diri
D.    Menyiksa binatang
5)   Salah satu tipe perilaku agresif adalah tipe soliter, artinya....
A.    Dilakukan satu anak saja
B.     Muncul saat anak bermain bebas
C.     Muncul karena rasa setia kawan pada teman
D.    Dilakukan anak yang paling berpengaruh dikelas



       Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

                                       Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan =                                                    x 100 %
                                                    Jumlah soal

 



     Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
                                               80 – 89 % = baik
                                                70 – 79 % = cukup
                                                     < 70 % = kurang
       Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! jika masih dibawah 80 %, anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

Kegiatan Belajar 2
Penyebab dan Penanganan Perilaku agresif
A.  PENYEBAB PERILAKU AGRESIF
       Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, sekitar 5 – 10 % anak usia sekolah menunjukkan perilaku agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif dibandingkan anak perempuan. Menurut penilitian, perbandingannya 5 berbanding 1. Artinya, jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
       Sedangkan penyebab perilaku agresif diindikasikan oleh 4 faktor utama yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya yang negatif. Perlu diingat, bahwa faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan jamak. Jadi tidak mungkin hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif.

1.    Faktor Biologis
       Emosi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, neurologis, atau biokimia, juga kombinasi dari ketiganya. Yang jelas, ada hubungan antara tubuh dan perilaku sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. Misalnya, ketergantungan ibu pada alkohol menurut penelitian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita psikopat (pengidap gangguan kejiwaan).
       Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit kekurangan gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.

2.    Faktor keluarga
       Sebenarnya tidak ada kaitan langsung antara keluarga dalam hal ini orang tua dengan masalah perilaku anak. Maksudnya, orang tua tidak dapat disalahkan atas masalah yang dialami anaknya. Bahkan, orang tua yang pengasuhannya paling baik pun dapat memiliki anak dengan masalah perilaku. Demikian juga sebaliknya.
       Kepekaan terhadap kebutuhan anak, metode yang berdasarkan kasih sayang dalam menghadapi perilaku yang salah, serta bentuk penguatan positif seperti perhatian dan pujian untuk perilaku positif cenderung meningkatan perilaku yang baik pada seorang anak. Semakin orang tua bertindak kasar, menolak anak, kejam, dan tidak konsisten dalam menangani perilaku yang salah maka kecenderungan anak untuk bertindak agresif makin besar. Jadi beberapa faktor keluarga yang dapat menyebabkan perilaku agresif antara lain sebagai berikut.
a.    Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan perihal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak, hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak adastandar yang jelas. Hal  ini memicu perilaku agresif pada anak. Ketidak konsistenan penerapan disiplin juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua,  misalnya si ibu cenderung kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
b.    Sikap permisif orang tua, yang biasanya berawal dari orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap
c.    Sikap yang keras dan penuh tuntutan,  yaitu orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif
d.   Gagal memberikan hukuman yang tepat sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anakpada orang tua dan meningkatkan perilaku agresif anak.
e.    Memberi hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial. Orang tua kadang memberikan hadiah secara langsung pada perilaku agresif  arah dengan memberikan perhatian dan menurut keinginan anak karena orang tua ingin perilaku agresif tersebut (misal melempar benda-benda miliknya) segera berakhir. Sebaliknya,  kadang orang tua mengabaikan atau  bahkan memberikan hukuman pada perilaku prososial anak. Tidak ada pujian atau hadiah untuk  perilaku tersebut, tetapi yang muncul justru konflik karena perilaku anak dianggap  belum sempurna.akibatnya anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya dengan memunculkan perilaku agresif karena ternyata perilaku prososial yang dia tunjukkan tidak mendapat respons.
f.     Kurang memonitor dimana anak-anak berada. Meskipun tidak harus seehari penuh orang tua bisa menemani anaknya, orang tua harus tetap memantau kegiatan anak selama tidak dalam pengawasannya. Orang tua yang tidak membuat rencana yang jelas dan pemantauan berkala untuk pengasuhan anaknya selama tidak ada dalam pengawasannya, cenderung membuat anak merasa bebas berekspresi termasuk melakukan perilaku agresif
g.    Kurang memberikan aturan. Orang tua yang kurang memberikan aturan kemana anak boleh pergi, kapan harus pulang, dan lainnya cenderung meningkatkan resiko perilaku agresif, terutama karena kuatnya pengaruh teman sebaya di luar pengawasan orang tua
h.    Tingkat komunikasi yang rendah antara orang tua dan anak, seperti; jarang ada diskusi untuk memecahkan masalah anak dan tidak memberikan alasan yang jelas dalam menerapkan aturan
i.      Gagal menjadi model yang baik dalam membiasakan perilaku prososial dan keterampilan memecahkan masalah sehingga anak mencontoh apa yang dia lihat dari orang tuanya. Ketidakharmonisan dan tingginya        konflik dalam keluarga, menimbulkan keluarga yang bercerai berai (broken home) sehingga anak melepaskan rasa frustasi terhadap kondisi keluarganya dengan perilaku agresif
j.      Ibu yang depresi yang mudah marah, memberikan resiko lebih tinggi munculnya perilaku agresif pada anak daripada ibu yang sabar dan bijak.
       Guru harus menyadari bahwa mayoritas orang tua yang anaknya mengalami masalahemosi atau perilaku menginginkan anak mereka untuk dapat berperilaku sesuai dan akan melakukan apa saja untuk menolong anaktersebut. Oleh karena itu orang tua memerlukan dukungan, bukan kritik atau bahkan dipersalahkan untuk mengatasi keadaan yang menyulitkan ini.
3.    Faktor Sekolah
       Beberapa anak sudah mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah. Sedangkan anak yang lainnya mulai menunjukkan perilaku agresif ketika  mulai bersekolah. Pengalaman bersekolah tidak diragukan lagi memiliki peranan penting bagi seorang anak, tetapi bukan berarti pengalaman tersebut adalah satu-satunya faktor yang berperandalam pembentukan perilaku agresif pada anak. Temperamen anak dan kompetensi sosial yang dimilikinya bersama dengan perilaku teman-teman serta guru dapat berperan dalam munculnya masalah emosi dan perilaku.
       Kondisi yang dialami anak dengan masalah emosi dan perilaku dapat menjadi berbahaya jika anak yang menampilkan perilaku agresif ditolak oleh lingkungannya. Hal ini akan membuat anak merasa tidak nyaman dan akhirnya makin menampilkan perilaku yang agresif.
       Disiplin di sekolah juga dapat berperan dalam tampilan perilaku agresif oleh anak. Disiplin yang sangat kaku atau sangat longgar atau juga inkonsisten akan sangat membingungkan anak yang membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dapat dianggap oleh anak sebagai lingkungan yang memberi perhatian padanya, meskipun perhatian yang didapat adalah perhatian yang negatif, berupa hukuman atau kritikan.dapat saja terjadi guru dan teman sebaya merupakan model dari perilaku agresif dan anak mencontoh perilaku tersebut. Anak yang tidak menyukai kegiatan di sekolah atau yang suka membolos juga mempunyai resiko yang lebih tinggi berperilaku agresif.
       Guru sebaiknya melakukan introspeksi terhadap instruksi atau cara penyampaian pelajaran, target pembelajaran dan pendekatan terhadap manajemen perilaku.  Apakah sistem pendidikan sudah tepat ataukah memang ada yang harus diperbaiki agar tidak menciptakan kondisi yang mungkin mengarah pada munculnya perilaku agresif.

4.    Faktor Budaya
       Anak, keluarganya, dan sekolah terikat pada budaya yang sangat berpengaruh dalam penentuan harapan terhadap anak oleh orang dewasa dan juga harapan anak terhadap diri dan teman-temannya. Nilai-nilai dan standar perilaku disampaikan pada anak berdasarkan budaya melalui berbagai syarat, aturan, harapan, dan contoh. Beberapa pengaruh budaya yang spesifik mempengaruhi pikiran melalui tingkat kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film.

       Bandura (1979) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, yaitu sebagai berikut.
a.    Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
b.    Anak menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
c.    Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial)
d.   Membentuk citra manusiatentang kenyataandan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup
       Teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang dianggap sebagai anak yang jagoan sehingga perkataan dan kemauannya selalu diikuti oleh temannya yang lain.
       Di bawah ini akan digambarkan bagaimana faktor-faktor tersebut di atas saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sangat sulit untuk menentukan faktor mana yang paling berperan dalam timbulnya perilaku agresif pada anak.

Faktor Sekolah
Prestasi akademik buruk, masalah dengan figur otoritas, ditolak oleh teman-teman
Keadaan sosial yang negatif
Harga diri yang rendah, mudah frustasi, mudah marah, kasar, rasa iri/cemburu
PERILAKU AGRESIF
IDENTITAS NEGATIF
Faktor Keluarga
Keadaan keluarga yang tidak mapan, penolakan orang tua, gaya interaksi yang cenderung memaksa/agresif
Identifikasi terhadap kelompok perkembangan identitas sosial yang negatif
 










B.       PENANGANAN PERILAKU AGRESIF
     Penanganan terhadap masalah perilaku agresif harus dilakukan secara menyeluruh, artinya semua pihak harus terlibat, termasuk guru, orang tua dan lingkungan sekitarnya.
     Terhadap anak yang menampilkan perilaku agresif, biasanya dikenakan hukuman akibat perilaku yang ia lakukan. Penerapan hukuman dalam berbagai bentuk tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan meningkatkan perilaku agresif. Termasuk jika hukuman tersebut diterapkan secara tidak konsisten atau tertunda, atau jika tidak ada pilihan perilaku positif lain untuk dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, anak biasanya juga tidak diperbolehkan untuk mengekspresikan perilaku agresifnya secara bebas melalui pilihan kegiatan-kegiatan positif.
     Kelemahan anak yang menampilkan perilaku agresif adalah ia tidak menguasai keterampilan sosial untuk itu guru dapat mengajarkan bagaimana cara menanggapi perasaan orang lain dan perasaan dirinya sendiri serta perilaku yang tepat untuk bertingkah laku dalam suatu lingkungan sosial. Misalnya dengan berlatih mengungkapkan perasaan yang dirasakan; senag, sedih, marah, gembira, dan perilaku seperti apa yang harus dilakukan ketika ada teman yang mengambil barang tanpa minta izin. Bentuk pengajaran dapat berupa latihan atau role play. Dengan demikian anak mendapatkan model perilaku yang positif dan mengetahui bagaimana harus bersikap dalam suatu situasi sosial tertentu.
     Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah agresifitas adalah menampilkan tingkah laku positif sebagai model dalam merespons perilaku agresif dan membantu anak untuk berlatih menampilkan perilaku nonagresif. Menerapkan hukuman yang tidak akan menampilkan perilaku agresif lain juga menjadi pilihan untuk mengatasi perilaku agresif yang terjadi. Misalnya dengan meminta anak berdiam di sudut baca ketika ia dengan sengaja menumpahkan minuman milik temannya, daripada memarahinya di hadapan teman-temannya dan mengatakan bahwa ia anak yang nakal.
     Guru dapat berperan sebagai model bagi siswanya dengan tidak menampilkan perilaku agresif juga, misalnya marah atau balas membentak, ketika menghadapai anak dengan perilaku agresif. Seperti yang dilakukan bu guru Rita ketika mendapati Surya berusaha memukul Andi karena tangannya terkena tangan Andi sehingga gambar yang sedang diwarnai Surya menjadi berantakan. Bu guru Rita berlutut diantara Andi dan Surya yang sudah siap berbaku hantam. Dengan suaranya yang tenang, bu guru Rita menanyakan duduk persoalannya. Kemudia bu guru Rita menanyakan pada Surya, yang sudah siap dengan tinjunya, apa yang Surya rasakan. Surya menjawab bahwa ia kesal karena gambar yang sudah diwarnai dengan sebaik-baiknya menjadi rusak karena ada coretan garis yang diakibatkan tangannya terkena tangan Andi. Bu guru Rita kembali bertanya, apakah dengan memukul Andi persoalan menjadi selesai. Surya hanya menggeleng. Tetapi terlihat dari raut mukanya bahwa ia masih kesal dengan peristiwa tersebut. Bu guru Rita bertanya pada Andi, apa yang dilakukan Andi. Andi mengatakan bahwa ia tidak sengaja merusak gambar Surya. Andi minta maaf dan berjanji akan memberikan gambar yang sudah dibuatnya untuk Surya. Tampaknya Surya cukup puas menerima tawaran dari Andi. Sikap bu guru Rita yang tidak memarahi atau bahkan menaikkan nada suaranya dalam menghadapi perilaku agresif merupakan model yang tepat bagi siswa-siswanya bagaimana menghadapi masalah.
     Anak dengan perilaku agresif sering kali sulit untuk menyampaikan keinginan dan perasaannya secara tepat, tanpa menampilkan perilaku agresif. Bantuan anda sebagai guru sangat penting untuk dapat melatih anak mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara tepat. Kadang kala, perilaku agresif muncul sebagai akibat dari rasa frustasi karena ia tidak mampu menyelesaikan suatu tugas. Untuk itu, bantu anak untuk berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Misalnya, bila diberi tugas untuk kolase (menempelkan potongan-potongan kertas kecil sehingga membentuk gambar tertentu), Rio pasti tidak akan menyelesaikan pekerjaanya dan malah mengganggu teman-teman yang duduk satu meja dengannya. Bu guru dapat membantu Rio untuk mengerjakan tugas kolase dengan memberikan gambar yang berukuran kecil sehingga Rio tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Rio merasa puas karena ia merasa berhasil mengerjakan tugas kolase, bu guru juga senang karena Rio tidak lagi mengganggu teman-temannya dan berhasil menyelesaikan tugasnya.
     Orang tua merupakan pihak yang harus dilibatkan dalam penanganan anak dengan perilaku agresif. Komunikasikan perkembangan perilaku anak di sekolah. Bila ada aturan atau kesepakatan antara guru dan anak, orang tua harus diberi tahu, sehingga penanganan di rumah pun dapat sejalan dengan penanganan di sekolah. Orang tua pasti merasa malu dan bingung terhadap perilaku anaknya yang agresif. Oleh karenanya, tidak usah menambah risau orang tua dengan menyalahkan cara pengasuhan mereka di rumah. Kerja sama adalah cara yang terbaik untuk mengenai masalah perilaku anak. Jika memungkinkan dan dirasakan perlu, minta orang tua untuk membawa anak ke psikolog agar dapat diketahui penyebab dan penanganan prilakunyasecara menyeluruh.
     Seperti telah disampaikan sebelumnya, anak yang menjadi korban dari anak lain yang menampilkan perilaku agresif juga perlu penanganan khusus. Terutama untuk melatih mereka agar mereka mampu mempertahankan diri atau membela diri ketika dalam keadaan menjadi korban. Cara yang paling sederhana untuk diajarkan adalah menghindar. Latih anak untuk menghindar ketika ia mendapatkan dirinya diperlakukan secara agresif, apakah secara verbal maupun nonverbal. Kemudian, latih pula anak untuk mencari bantuan dari orang dewasa. Tetapi harus diingat, minta bantuan bukan berarti mengadu. Anak harus pula dilatih bagaimana menyelesaikan permasalahan dan menghadapi anak yang berperilaku agresif. Biasanya anak yang korban adalah anak yang lemah atau anak yang mudah menangis. Untuk itu, guru dapat memberi dukungan dengan mengembangkan perasaan bahwa anak yang menjadi korban sebenarnya mampu untuk melawan, bukan secara fisik, bila dirinya menjadi bulan-bulanan temannya.


LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut !
1)        Faktor – faktor apa saja yang dapat menyebabkan perilaku agresif? Jelaskan !
2)        Bagaimana sebaliknya tindakan guru bila ada anak yang menunjukkan perilaku agresif ?


Petunjuk jawaban latihan

1)        Setidaknya ada empat faktor yang dapat menyebabkan perilaku agresif, yaitu faktor biologis, keluarga, sekolah, dan budaya. Anda dapat berdiskusi dengan teman sejawat untuk merinci faktor-faktor tersebut yang dapat memicu munculnya perilaku agresif pada anak.
2)        Guru sebaiknya menjadi model yang baik ketika menghadapi anak dengan perilaku agresif. Guru harus bersikap tenang, tidak memarahi anak dan berusaha mengajak anak untuk berdialog sehingga permasalahan yang menyebabkan perilaku agresif diketahui oleh guru, dan guru menawarkan solusi lain yang sedapat mungkin memuaskan anak.

RANGKUMAN
1.    Penyebab perilaku agresif diindikasikan oleh 4 faktor utama, yaitu: gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya yang negatif
2.    Penerapan hukuman dalam berbagai bentuk tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan meningkatkan perilaku agresif
3.    Kelemahan anak yang melakukan perilaku agresif adalah ia tidak menguasai keterampilan sosial
4.    Guru dapat mengajarkan bagaimana cara menanggapi perasaan orang lain dan perasaan dirinya sendiri serta perilaku yang tepat untuk bertingkah laku dalam suatu lingkungan sekolah
5.    Teknik lain yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah agresifitas adalah menampilkan tingkah laku positif sebagai model dalam merespons perilaku agresif dan membantu anak untuk berlatih menampilkan perilaku nonagresif
6.    Menerapkan hukuman yang tidak akan menampilkan perilaku agresif lain juga menjadi pilihan untuk mengatasi perilaku agresif yang terjadi
7.    Guru dapat berperan sebagai model bagi siswanya dengan tidak menampilkan perilaku agresif juga
8.    Selain penanganan anak yang berperilaku agresif, guru juga harus memahami dan membantu anak yang menjadi korban
9.    Dukungan yang paling baik adalah dengan mengembangkan perasaan bahwa anak yang menjadi korban perilaku agresif sebenarnya mampu mempertahankan diri mereka sendiri.



TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat !

1)   Berikut tidak termasuk faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif pada anak ....
A.    Ibu pecandu narkotik
B.     Ayah pernah dipenjara
C.     Janin kekurangan gizi
D.    Ayah terganggu jiwanya
2)   Sikap orang tua berikut kurang tepat dan dapat menimbulkan perilaku agresif pada anak ....
A.    Memberikan hadiah bila anak melakukan perilaku prososial
B.     Mengharuskan anak menjadi yang terbaik di antara teman kelasnya
C.     Menghukum bila anak melakukan perilaku antisosial
D.    Memberikan aturan jam berapa anak harus pulang dari bermain


3)   Kadang orang tua tidak kompak dalam mendidik anaknya sehingga ayah dan ibu memiliki cara masing-masing yang membuat anak menjadi bingung. Hal ini termasuk pola asuh yang dapat menyebabkan perilaku agresif, yaitu pola asuh yang ....
A.    Bersikap permisif
B.     Kurang mengawasi keberadaan anak
C.     Tidak konsisten dalam menerapkan disiplin
D.    Komunikasi verbal dengan anak rendah
4)   Penanganan terhadap perilaku agresif harus dilakukan secara menyeluruh, artinya ....
A.    Semua pihak pendidik dan lingkungan terlibat dalam penanganan
B.     Seluruh anak dalam kelas diberikan penanganan
C.     Semua orang tua murid di undang ke sekolah
D.    Seluruh guru dikerahkan untuk menangani
5)   Anak korban perilaku agresif juga harus dilatih untuk mempertahankan diri, dengan cara ....
A.    Segera mengadukan perbuatan tersebut pada guru
B.     Membalas jika diperlakukan tidak adil
C.     Menangis agar guru segera datang menolong
D.    Menghindar atau minta bantuan pada guru

6)   Metode yang efektif untuk melatih kepekaan sosial anak sehingga mengurangi resiko munculnya perilaku agresif adalah metode ....
A.    Bernyanyi
B.     Bercakap-cakap
C.     Bermain peran
D.    Bersyair
7)   Penerapan hukuman yang efektif untuk menengani anak berperilaku agresif adalah ....
A.    Ditunda pelaksanaannya agar anak siap mental
B.     Disaksikan seluruh teman sekelas agar jera
C.     Berupa perilaku positif sebagai pengganti
D.    Dilaksanakan atau tidak tergantung keinginan guru









Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
                                       Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan =                                                     x 100 %
                                                    Jumlah soal

 



     Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali
                                               80 – 89 % = baik
                                                70 – 79 % = cukup
                                                     < 70 % = kurang
       Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat  ! jika masih dibawah 80 %, anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.


Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1)   B. 3 – 7 tahun
2)   C. Membantah setiap diajak bicara
3)   B. Menetap pada seseorang
4)   C. Menyerang perampok karena membela diri
5)   A. Dilakukan satu anak saja
Tes Formatif 2
1)   B. Ayah pernah dipenjara
2)   B. Mengharuskan anak menjadi yang terbaik di antara teman sekelasnya
3)   C. Tidak konsisten dalam menerapkan konsisten
4)   A. Semua pihak pendidik dan lingkungan terlibat dalam penanganan
5)   D. Menghindar atau minta bantuan pada guru
6)   C. Bermain peran
7)   C. Berupa perilaku positif sebagai pengganti
Daftar Pustaka

Dr Clerg, linda. (1994). Tingkah Laku Dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta : Gramedia.
Lansdown, Richard. Walker, Marjorie. (1996). Your Childs’s Development: from Birth to Adolescence. London : Frances Lincoln.
Mayes, Linda. C. Cohen, Donald, J. (2002). Guide to Understanding Your Child: Healthy Development from Birth to Adolescence. Boston: Little Brown.
McDevitt, Teresa. M. Ormrorod, Jeanne Ellis. (2002).  Child Development and Education. New Jersey: Merril Prentice Hall
Hallahan, Daniel P. Kauffman, James M. (2006). Exeptional Learners: Introduction to Special Education. 10 th Ed. Boston : Pearson

Flick, Grad. L. (1990). ADD/ADHD Behavior-Change Resource Kit: Ready to Use Strategies & Activities for Helping Children with Attention Deficit Disorder. New York: The Center for Applied Research in Education.
Khine, Myint Swe (Eds). (2004). Teaching and Classroom Management: An Asian Perspective. Singapore: Pearson-Prentice Hall
Paul, Henry A. (2000). Is My Child OK ? New York:Dell.














ANAK DENGAN MASALAH PERILAKU AGRESIF




DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 11
1.      PERA RENDA (06141281320011)
2.      RIA ROSIDAH (06141281320024)
PRODI                        : PG-PAUD 2013
PEMBIMBING         : Dra. SYAFDANINGSIH, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar