Ilmu
pengetahuan social AUD
![]() |
Disusun Oleh :
SELTA PUSPITASARI (06141281320009)
PERA RENDA (06141281320011)
RAHMI FITRIA (06141281320013)
Prodi : PG-PAUD
Dosen pembimbing : Dra. YETTY
RAHELLY M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Hakikat dan karakteristik ips
ABSTRAK
Makalah ini
berisikan tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikkan IPS. Dalam
konsep pendidikan IPS terdapat berbagai istilah antara lain Ilmu Sosial (Social
Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat,
yang di negara asalnya disebut Social Studies. Hakikat IPS merupakan perpaduan
pengetahuan sosial atau berbagai bidang keilmuan Ilmu Sosial. Pada pembelajaran
IPS ini ditegaskan bahwa pembelajaran IPS bukan bertujuan untuk memenuhi
ingatan pengetahuan para peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang
harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab
terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan
negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam IPS tersebut yaitu, nilai edukatif,
nilai praktis, nilai teoretis, dan nilai ketuhanan. Karakteristik konsep dasar
IPS meliputi beberapa aspek yaitu memberikan berbagai pengertian yang mendasar,
melatih berbagai keterampilan dan mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan.
Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni
digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka
menjawab permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses
pembelajaran, baik di Sekolah Dasar maupun Lanjutan. Krakteristik pendidikan
IPS juga dapat dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya. Dengan memahami
konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS dapat mengerti akan
pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat
membentuk warga negara yang baik,dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak
dan kewajibannya dan dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti
memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Kata kunci: konsep, hakikat,
dan karakteristik pendidikan IPS.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas terselesaikannya Makalah tentang Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar
IPS. Kami menyusun ini sedemikian rupa agar kita semua lebih memahami dan
mendalami mengenai Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS. Kami menyusun
materi ini dengan konsep yang mudah dimengerti serta disajikan pula secara
sistematis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, kritik dan saran
perbaikan kepada kami, sangat kami harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas di
masa mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep,
hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan mempelajari materi Konsep
dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang berpengaruh
terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan
kreatif. Pembahasan materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang
mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Adapun media yang digunakan
adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web). Sebagai calon guru TK/PAUD
hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk membantu
menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan
pembahasan hal-hal pokok dan latihan sebagai berikut :
Konsep pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Hakikat pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Karakteristik pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
TUJUAN
Setelah mempelajari materi Konsep Pendidikan
IPS, diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2. Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia
3. Rasional mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di TK/PAUD
4. Hakikat pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
5. Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
6. Karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Bagaimana pengertian IPS dan konsep Pendidikan IPS?
Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di Indonesia?
Apakah hakikat pendidikan atau pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)?
Apa tujuan dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
Apa saja Karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN IPS
A. Pengertian IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan
sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun
ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan
National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social
Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,
dan sebagainya Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah
tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social
Studies) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Sosial (Social Science) Achmad Sanusi
memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai
berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang
bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin
lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial
merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial
secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada
kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa
Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu
Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari
manusia sebagai anggota masyarakat. Studi Sosial (Social Studies). Berbeda
dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang
gejala dan masalah social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial
menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18)
memberi penjelasan sebagai berikut : Studi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi
lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat
interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu
berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut
sambil mencari logika dari hubungan- hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Sesuatu acara ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.
Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada bidang teoretis,
namun lebih kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan
masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial
tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu pengetahuan praktis dan
dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat TK/PAUD, Sekolah
Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat berbeda dengan pendekatan
yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat
interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai
bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social
Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-
masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih rendah
pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu
gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan. Studi
Sosial sebagai bahan pembelajaran karena sifatnya lebih mendasar dapat disajikan
kepada tingkat yang lebih rendah, sesuai dengan yang dikemukakan oleh John
jaromelik (1977:3-4) sebagai berikut:
Social studies has as its particular mission the task of helping young
people develop comptencies that enable them to deal with, and to some extent
manage, the physical and social forces of the world in which they live. Such
competencies make to possible for pupils to shape their lives in harmony with
those forces. Social studies education should also provide young people with a
feeling of hope in the future and comfidence in their ability to solve social
problems. Pengetahuan Sosial (IPS) Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari
literatur
pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah
“Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun
1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga
ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-
ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Definisi IPS menurut National
Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social
studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic
competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated,
systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics,
geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion,
and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics,
and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young
people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the
public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world. Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS
adalah merupakan suatu pendekataninterdsipliner (Inter-disciplinary Approach)
dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial,
sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih
ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi
atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti:geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
B. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah
berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies.
Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby
(Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri
(abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi
tenaga mesin. Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum
sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi
yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika
Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang
merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro
yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan- perkebunan
negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras
itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara
utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun
l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan
dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut
merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan social ekonomi yang sangat tajam. Para
pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk
yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah
satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan
penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National
Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies
dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika
Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari
mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial
terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social
Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para
pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan
sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik,
dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup
bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus
menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka
sudah mendapat bekal pelajaran IPS di TK/PAUD, sekolah dasar dan menengah.
Pengembangan Pendidikan IPS SD. Pertimbangan lain dimasukkannya social studies
ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam
pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih
menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah,
bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau
materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan
alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena
mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak
dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial. Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke
dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika
Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau,
termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang
akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah
melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I
(1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima
masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut
antara lain:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan
belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian system pendidikan dengan
kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya
dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif
bagi kepentingan pembangunan
nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan
kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). IPS
berganti nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan
Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah
dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. Lebih peka
dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung
jawab. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antar manusia. IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004,
merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan
MTs. Untuk jenjang SD dan MI (namun juga harus mulai diajarkan pada
TK/PAUD) Pengetahuan Sosial memuat
materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Pada haikatnya, pengetahuan
Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
Siapa diri saya?
Pada masyarakat apa saya berada?
Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota
suatu kelompok masyarakat dan bangsa?
Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?
Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke
waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan
jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan
komprehensip.
Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa
dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
BAB III
HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
A. Hakikat Pendidikan IPS
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan
dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.
Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan
cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan Internet. Kemajuan Iptek
menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara
negara satu dengan negara lainnya. Dengan
demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena
itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi
alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi
terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya Anda dapat
mencermati contoh berikut ini.
• Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya
landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang
tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan.
Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang
masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau
Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa.
• Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700
meter di atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup,
didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk
dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu,
Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air
yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah
pertanian lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-
buahan, dan tanaman hias.
• Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena
sedikitnya persediaan air tanah,mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah
atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan
sumber air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di
lembah pegunungan. Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek politik.
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari
di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi
aspek-aspek:
hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia
tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari
dalam
ilmu sosiologi.
ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan,
dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.
psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi. budaya: dipelajari dalam ilmu
antropologi.
sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia
dipelajari dalam ilmu sejarah.
geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi.
politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik
B. Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, makatelah
dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:membentuk manusia pembangunan yang
ber-Pancasila danuntuk membentuk manusia yang sehat jasmani danrokhaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapatmengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya, dan
mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945
.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian
apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus
dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan
yang akan dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk
tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum
2004), bertujuan untuk: mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi,
ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis. mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan social. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai
sosial dan kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS
menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga
negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan
secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada
tingkah laku para siswa, yaitu :
(1) pengetahuan dan pemahaman,
(2) sikap hidup belajar,
(3) nilai-nilai sosial dan sikap,
(4) keterampilan (Oemar hamalik.
1992 : 40-41).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu. Pengetahuan
dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan
pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
Sikap belajar IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap
belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan
menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga
mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Nilai-nilai sosial dan sikap Anak membutuhkan nilai-nilai untuk
menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan
perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsure penting di dalam pengajaran
IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang
pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah
laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai- nilai dan
sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai
teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut
diharapkan sumber daya manusia Indonesia
diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran,
dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan
negaranya, bagi pengembangan kini dan mendatang. Selanjutnya mari kita jelaskan
satu per satu tentang nilai-nilai tersebut seperti dikemukakan oleh Nursid
Sumaatmadja (1997),
yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan
IPS, yaitu adanya perubahan perilaku social peserta didik ke arah yang lebih
baik. Perilaku tersebut,
meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan
kognitif disini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial,
melainkan pula
peningkatan nalar sosial dan kemempuan mencari alternatif-alternatif
pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi ang dibahas pada pendidikan
IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan
juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.
Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai
edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam
lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih
mewarnai afpek kemanusiaan. Melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran,
penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik
ditingkatkan. Masalh sebagai fakta sosial diprases melalui berbagai metode dan
pendekatan sampai betul- betul membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab peserta
didik.
b. Nilai Praktis
Pembelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak
berarti apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran dan pendidikan dianggap tidak memiliki
makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok
bahasan IPS itu jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka,
melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari lingkungan
terkecil keluarga, di pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan seterusnya.
Dalam hal ini nilai praktis itu disesuaikan
dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik sehari- hari.
Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita,
mendengarkan radio, membaca
buku cerita, menghadapi permaslahan kehidupan sehari- hari sampai dengan
pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan, pejabat
daerah, dan demikian selanjutnya. Pembelajaran pada pendidikan IPS
tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari,
dan secara langsung memiliki nilai praktis serta strategis dalam membina SDM
sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk masa-masa yang akan
datang.
c. Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanannya
diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak
hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan data yang terlepas- lepas,
melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial
dengan yang lain- lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya
ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan
menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan
meneliti dengan mengajukan berbagai
pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan
demikian, kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap
suatu persoalan, juga berkembang. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang
berkembang dengan cepat dan juga cepat berubah, kemampuan berteori ini sangat berguna
serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai teoretis ini dibina dan
dikembangkan.
d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan
keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat
mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk
sosial. Melalui proses yang demikian,
peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap
keberadaannya di tengah- tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya
ini. Dari kesadaran terhadap keberadaannya tadi, mereka disadarkan pula tentang
peranannya masing-
masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara
keseluruhan. Dengan kata lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya
di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak
luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang
demikian sangat berfaedah dalam kehidupan bermasyrakat, tidak luput dari
perhatian pendidikan IPS
ini.
e. Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan
sosial yang demikian luas cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan
nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin.
Nilai
ketuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber Daya Manusia (SDM) hari
ini dan terutama masa yang akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda
dan semua
selaku guru IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada
pendidikan IPS, wajib berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan.
Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat- alat studi sosial,
misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data
masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan
dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.
BAB IV
KARAKTERISTIK KONSEP DASAR IPS
Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial
manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber
utama IPS.
Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan
sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu politik,
bersumber dari
masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati,
mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi,
tidak terlepas
dari masyarakat. Ataukah dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber
dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi, seperti
pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di masyarakat. Dengan
demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.
Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu
memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,,
serta mengembangkan
sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat
yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ketiga aspek yang
dikaji dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai pengertian yang
mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang
dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri.
Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981)
menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang
penuh berisi
berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat
rincian sebagai berikut :
Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah
sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang
menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan
alam.
Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari
manusia.
Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted
(terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah). Susunan
bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara,
fungsional, humanitis
sampai yang struktural. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan
laboratorium
demokrasi.
Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic
quotient dan citizenship quotient.
Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi
program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi,
matematika, dan
agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
Karakteristik lain yang juga merupakan cirri mandiri
pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran
IPS dalam rangka
menjawab permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses
pembelajaran, baik di TK/PAUD, Sekolah Dasar maupun Lanjutan.
Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan
materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang
berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti
yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan
prinsip-prinsip tersebut, antara lain berikut ini.
Keperluan
Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta
didik dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang
berbeda memerlukan konsep yang berlainan pula.
Ketepatan Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak
memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
Mudah Dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan
contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal
oleh
para peserta didik tersebut.
Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat
lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat
terdekat pada khususnya.
Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan
terus-menerus sesuai dengan keterlaksanaan proses pembelajarannya. Evaluasi
semacam ini merupakan barometer atau pengecekan apakah proses yang berlangsung
itu dapat diikuti dan dipahami oleh peserta didik. Apakah target yang telah
ditetapkan atau kompetensi yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi
semacam ini
bisa kita sebut sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang
merupakan kulminasi tadi, merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh
rangkaian proses
kegiatan pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.
Untuk membahas lebih jelas tentang karakteristik IPS, dapat dilihat
dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari
materi dan
strategi penyampaiannya. Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak
sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas Negara
dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang
terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan, keluarga. Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS Strategi
penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu
tradisi, yaitu materi
disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga,
kota, region, negara, dan dunia.
Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding
Enviroment
Curriculum” (Mukminan, 1996:5). Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan
periode
keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk besekolah.
Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut :
Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya,
tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang
dikenalnya.
Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal
bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian
tersebut.
Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam- macam aspek dari
dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa,
benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki
minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya. Anak adalah
seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan
sendiri hal-hal yang
ingin mereka ketahui. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu
ingin
berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat Anak
mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang
seringkali kurang penting/
bermakna .Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan
dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS
sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat
dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan
memecahkan masalah.
PENUTUP
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak
diberlakukan kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat
terpadu, artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini
disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama
yaitu manusia Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu
mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat
beljar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman
hidupnya ditengah-tengah msyarakat.
Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan
tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan
masalah-
masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
hori Alma, dan Harlasgunawan. (1987). Hakikat Dasar
Studi Sosial. Bandung: Sinar Baru.
ppy, (tanpa tahun). Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial .
Surabaya: Penerbit Karya Anda.
Daldjoeni. (1981). Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
(Buku Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru) . Bandung:
Penerbit Alumni.
’man Somantri, (Editor Edi Supriadi dan Rohmat Mulyana).
(2001).
http://fitriawidie.blogspot.com/2012/10/hakikat-dan-
karakteristik-konsep-dasar_5.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar